Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero), Budi Harto, optimistis pembangunan dan pengoperasian Jalan Tol Trans Sumatera akan menghasilkan pertumbuhan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Namun di masa awal pengoperasiannya, terdapat banyak tantangan yang harus diselesaikan.
Salah satunya terkait potensi tindak kriminal di sekitar. Budi Harto menyampaikan, volume lalu lintas kendaraan di berbagai ruas Tol Trans Sumatera saat ini masih tercatat rendah, sehingga berpotensi mengundang kejahatan.
Tapi, dia menegaskan, Hutama Karya telah mengantisipasi hal tersebut dengan mempersiapkan sejumlah tim patroli yang siaga mengawal aktivitas di Tol Trans Sumatera secara non-stop.
“Dengan trafik yang rendah ini mengundang kejahatan. Oleh karena itu kami menyediakan patroli tiap saat, sehingga para pengguna tol ini akan aman dari gangguan keamanan di sekitar tol,” ujar Budi Harto dalam sesi webinar, Rabu (25/11).
Truk Kelebihan Muatan
Tantangan berikutnya, dia melanjutkan, sejumlah pengendara juga belum bisa melakukan penyesuaian terhadap kehadiran jalan tol baru ini. Khususnya para pengemudi truk angkutan berat atau Over Dimension Over Load (ODOL) yang kerap menerobos masuk jalan bebas hambatan ini.
“Adanya truk-truk yang besar, istilahnya adalah ODOL, over dimension over load, ini merusak jalan tol dan juga mengancam keselamatan pengguna tol. Karena keberadaanya ini tidak standar dengan desain jalan tol ini,” ungkap dia.
Kendati begitu, tantangan tersebut tidak menyurutkan niat Hutama Karya menyelesaikan Jalan Tol Trans Sumatera dari Lampung hingga Aceh. Budi Harto pun berkomitmen untuk menyelesaikan sejumlah ruas tambahan sepanjang 614 km, sebelum seluruh jalan tol ini bisa tersambung lengkap pada 2024.
“Saat ini kami sedang mengerjakan ruas jalan tol sepanjang 614 km yang akan kami selesaikan pada tahun 2022. Saya kira akan dimulai juga ruas-ruas yang lain,” pungkas dia.
Sumber Merdeka, Liputan6 Edit koranbumn