Anton Martin, Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean (KPPBC-TMP) Tanjung Emas, mengungkapkan hingga Selasa (31/5/2022), ada 713 peti kemas yang terdampak banjir rob.
“Sekitar 83 persen di antaranya telah diajukan dokumen kepabeanannya,” jelasnya melalui keterangan tertulis.
Anton menyebut peti kemas dengan tujuan ekspor maupun impor itu bernilai US$41.107.249,75. “Terdiri dari barang impor senilai US$32.292.725,75 dan barang ekspor senilai US$8.814.524,” jelasnya.
Terkait banyaknya peti kemas impor yang terdampak banjir rob, Frans Kongi Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah, menyebut belum ada perhitungan pasti terkait kerugian yang dialami pengusaha.
Sebelumnya, diperkirakan ada 744 peti kemas yang terdampak akibat banjir rob di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas beberapa waktu lalu. Jumlah tersebut terdiri dari 141 peti kemas tujuan ekspor, 601 peti kemas impor, serta satu peti kemas transhipment.
KPPBC-TMP Tanjung Emas melakukan percepatan pelayanan bagi peti kemas yang terdampak banjir rob tersebut. Prioritas layanan ekspor dilakukan guna meminimalkan kerugian yang dialami eksportir.
Sebagai informasi, pada Jumat (27/5) pekan lalu, KPPBC-TMP Tanjung Emas telah membuka kembali pelayanannya secara normal.
Pada perkembangan lainnya, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meminta perusahaan di pesisir utara Kota Semarang untuk memeriksa kondisi tanggul masing-masing.
“Perusahaan yang talut (tanggul laut) atau temboknya berbatasan dengan laut diminta untuk mengecek kondisinya. Sekiranya kondisinya kurang baik, mumpung rob tidak tinggi, bisa segera diperkuat,” ucapnya Senin (30/5) kemarin.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas memperkirakan potensi banjir rob masih bakal terus terjadi hingga 7 Juni mendatang. Namun demikian, dampaknya diperkirakan tidak separah pekan lalu.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















