Dua bank pelat merah yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) bakal dapat suntikan modal dari negara tahun depan. Kementerian Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mengusulkan ke parlemen untuk menganggarkan penyertaan modal negara (PMN) Rp 9 triliun untuk kedua bank.
BNI direncanakan akan digelontorkan PMN Rp 7 triliun dan BTN diusulkan dapat Rp 2 triliun untuk penguatan permodalan baik total capital adequacy ratio (CAR) maupun CAR tier.
Dengan besaran PMN tersebut, BNI sebagai perusahaan terbuka akan melakukan rights issue dengan target dana Rp 11,7 triliun. Sedangkan BTN diusulkan melakukan rights issue dengan dua opsi yakni Rp 5 triliun dan Rp 3,3 triliun.
Haru Koemahargyo Direktur Utama BTN mengungkapkan, tambahan modal melalui rights issue yang direncanakan tahun depan sepenuhnya akan digunakan untuk mendukung ekspansi kredit. “Tahun 2022, kami memperkirakan kredit dapat tumbuh 12%,” katanya
Sementara tahun ini, BTN masih sangat optimis kredit bisa tumbuh minimal 7%. Pasalnya, realisasi kredit perseroan sepanjang semester I cukup menggembirakan, yakni tumbuh di atas 4,75% di tengah tantangan pandemi Covid-19. Ini terutama didukung oleh tingginya permintaan KPR subsidi.
Meskipun dana rights issue diperuntukkan mendukung kredit, bank ini juga akan terus melakukan ekspansi anorganik untuk diversifikasi produk dan memberikan layanan Keuangan yang lebih banyak kepada nasabah. Tahun ini, BTN mempersiapkan pembentukan anak usaha asuransi jiwa dan tekfin KPR dan tahun depan akan membentuk anak usaha manajer investasi.
BNI juga bakal menggunakan tambahan modal yang akan didapat dari rights issue tahun depan untuk ekspansi kredit. Novita Anggraeni Direktur Keuangan BNI mengatakan, BNI perlu melakukan penguatan modal untuk mengantisipasi ekspansi bisnis saat kesempatan terbuka tahun depan.
“Walaupun ada keperluan menambah modal, hal ini bukan berarti modal BNI saat ini tidak cukup atau rendah. Ini hanya ditujukan untuk mengantisipasi peluang ke depan,” jelasnya
Selain itu, lanjutnya, penguatan modal ini juga untuk memastikan rasio kecukupan modal BNI, khususnya tier I capital (modal inti), tetap sejajar dengan bank-bank lain yang selevel di industri. Modal inti perseroan saat ini masih 16% atau jauh dari level yang dimiliki bank pelat merah lainnya 19%.
Dengan besaran PMN tersebut, BNI sebagai perusahaan terbuka akan melakukan rights issue dengan target dana Rp 11,7 triliun. Sedangkan BTN diusulkan melakukan rights issue dengan dua opsi yakni Rp 5 triliun dan Rp 3,3 triliun.
Haru Koemahargyo Direktur Utama BTN mengungkapkan, tambahan modal melalui rights issue yang direncanakan tahun depan sepenuhnya akan digunakan untuk mendukung ekspansi kredit. “Tahun 2022, kami memperkirakan kredit dapat tumbuh 12%,” katanya pada KONTAN, Jumat (9/7).
Sementara tahun ini, BTN masih sangat optimis kredit bisa tumbuh minimal 7%. Pasalnya, realisasi kredit perseroan sepanjang semester I cukup menggembirakan, yakni tumbuh di atas 4,75% di tengah tantangan pandemi Covid-19. Ini terutama didukung oleh tingginya permintaan KPR subsidi.
Meskipun dana rights issue diperuntukkan mendukung kredit, bank ini juga akan terus melakukan ekspansi anorganik untuk diversifikasi produk dan memberikan layanan Keuangan yang lebih banyak kepada nasabah. Tahun ini, BTN mempersiapkan pembentukan anak usaha asuransi jiwa dan tekfin KPR dan tahun depan akan membentuk anak usaha manajer investasi.
BNI juga bakal menggunakan tambahan modal yang akan didapat dari rights issue tahun depan untuk ekspansi kredit. Novita Anggraeni Direktur Keuangan BNI mengatakan, BNI perlu melakukan penguatan modal untuk mengantisipasi ekspansi bisnis saat kesempatan terbuka tahun depan.
“Walaupun ada keperluan menambah modal, hal ini bukan berarti modal BNI saat ini tidak cukup atau rendah. Ini hanya ditujukan untuk mengantisipasi peluang ke depan,” jelasnya pada KONTAN, Minggu (11/7).
Selain itu, lanjutnya, penguatan modal ini juga untuk memastikan rasio kecukupan modal BNI, khususnya tier I capital (modal inti), tetap sejajar dengan bank-bank lain yang selevel di industri. Modal inti perseroan saat ini masih 16% atau jauh dari level yang dimiliki bank pelat merah lainnya 19%.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, PNM tersebut bertujuan untuk memperkuat leverage kedua bank. Mengingat penambahan modal akan dilakukan lewat rights issue maka dalam jangka pendek pelaku pasar akan fokus pada nilai nominal dan rasio saham yang diterbitkan nantinya.
Menurutnya, detail terkait rights issue akan jadi sentimen pelaku pasar sehingga mempengaruhi pergerakan saham kedua bank. “Namun untuk jangka panjang kami melihat upaya tersebut cukup baik bagi kelangsungan bisnis ke depan,” pungkas Okie.
Sumber Kontan, edit koranbumn