Daily Economic Review: Industri TPT Terdampak COVID-19
PDB industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada 1Q20 turun sebesar 1,2% yoy.
Penurunan tersebut sangat signifikan dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh sebesar 19% yoy. Angka pertumbuhan industri TPT pada 1Q20 juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan industri pengolahan non-migas yang sebesar 2,0% yoy dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 3,0% yoy.
Ekspor TPT Indonesia pada 1Q20 turun 6,8% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 1,1% yoy.
Ekspor TPT Indonesia pada 1Q20 sebesar USD3,14 miliar, lebih rendah daripada USD3,37 miliar pada 1Q19. Lockdown atau pembatasan kegiatan di sejumlah negara tujuan ekspor TPT Indonesia tersebut diperkirakan akan menyebabkan permintaan TPT turun signifikan.
COVID-19 menyebabkan impor bahan baku TPT terhambat sehingga mengganggu proses produksi domestik.
Impor TPT Indonesia pada 1Q20 turun sebesar 11,6% yoy, jauh lebih rendah daripada 1Q19 yang tumbuh sebesar 4,2% yoy. Impor TPT Indonesia didominasi oleh bahan baku woven fabrics of synthetic filament yarn (HS5404) sebesar 13,6%. Penurunan impor bahan baku TPT berpengaruh terhadap ketersediaan pasokan bahan baku dan berpotensi menyebabkan perlambatan kinerja industri ini.
Selain gangguan pada rantai pasokan dan pelemahan permintaan, industri TPT juga menghadapi tantangan lainnya akibat COVID-19.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan bahwa buruh yang dirumahkan per awal Mei 2020 hampir menyentuh 2 juta orang dan diperkirakan akan terus bertambah.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan upaya pemulihan industri TPT tidak dapat berlangsung cepat.
Setidaknya diperlukan waktu setahun untuk kembali meningkatkan industri TPT, dengan catatan pasar telah kembali pulih. Tim riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan permintaan ekspor TPT Indonesia (HS 50-63) akan turun 30-40% pada FY2020 akibat COVID-19, sedangkan impor TPT akan turun 35-50% yoy.
Sumber Bank Mandiri, edit koranbumn