Garuda Indonesia optimistis pertumbuhan kinerja perseroan pada tahun ini tidak hanya mengandalkan dari angkutan penumpang, melainkan dari optimalisasi angkutan kargo udara.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan hal tersebut ditempuh karena maskapai tidak akan mengisi pesawatnya dengan penuh penumpang kendati pemerintah sudah mencabut batas tingkat keterisian penumpang pesawat terbang atau seat load factor maksimal sebesar 70 persen.
“Batas okupansi [penumpang] enggak dinaikkan, tetapi dalam kondisi sekarang ini pilihan yang kami ambil untuk memastikan penumpang aman dan juga nyaman. Kinerja perusahaan kita cari dari yang lain ya, seperti kargo dan lainnya,” ujar Irfan, Kamis (14/1/2021).
Dia menuturkan pertumbuhan kinerja perseroan pada tahun ini memang tidak akan berasal dari penumpang. Emiten dengan kode GIAA ini akan lebih banyak meraup pundi-pundi keuangan yang berasal dari angkutan kargo, bahkan berencana meluncurkan pesawat khusus kargo pada tahun ini.
Selain itu, kata Irfan, maskapai akan kembali menambah kerja sama dengan sejumlah pemerintah daerah untuk mengangkut produk ekspor. Dengan demikian, maskapai bisa menerapkan jaga jarak penumpang di dalam pesawat.
Sementara untuk bisnis angkutan penumpang, maskapai pelat merah itu akan lebih banyak berfokus melayani rute domestik, sedangkan untuk internasional akan berasal dari umrah. Namun, dengan adanya pembatasan layanan umrah dari Arab Saudi, perseroan hanya bisa pasrah.
Pada tahun ini apabila pertumbuhan penumpang tetap stabil, Irfan memperkirakan bisa mendekati 50 persen jumlah penumpang pada akhir 2019.
Sumber Bisnis, edit koranbumn