PT PP Tbk (PTPP) melalui entitas asosiasinya, yaitu PT Kawasan Industri Terpadu Batang tengah mengebut progres pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang (Grand Batang City).
Sekretaris Perusahaan PTPP, Yuyus Juarsa menyebut, hingga pertengahan April lalu, pembangunan pekerjaan lapangan (cut & fill) KIT Batang untuk Klaster 1 Fase 1 seluas 450 hektare, telah mencapai progress sebesar 95,17%. Sedangkan untuk pembangunan Jalan KIT Batang telah mencapai progres sebesar 43,71%.
Melansir pernyataan resmi perusahaan, pembangunan KIT Batang terbagi menjadi 3 kluster, yaitu Kluster I seluas 3.100 hektare, Kluster II seluas 800 hektare, dan Kluster III seluas 400 hektare. Sementara lokasi dari Proyek KIT Batang sendiri, terletak di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah dengan total luas lahan untuk dikembangkan seluas 4.300 hektare.
Yuyus memaparkan, hingga saat ini sudah terdapat 4 tenant dari mancanegara yang akan berinvestasi di KIT Batang. Keempat tenant tersebut sama-sama bergerak di bidang industri kimia, yaitu industri baterai, kaca, keramik dan pipa. Namun sayangnya, Yuyus tidak merinci berapa total investasi dari keempat tenant tersebut.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa ada dua industri yang telah siap masuk ke KIT Batang, di mana satu di antaranya adalah industri kaca. Jokowi menyebut, industri kaca tersebut akan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Menanggapi hal tersebut, Yuyus berujar bahwa perusahaan kaca yang dimaksud Jokowi berasal dari salah satu negara di Asia Timur. “Perusahaan industri kaca tersebut berasal dari negara di Asia Timur dan memiliki investasi sekitar Rp 5 triliun,” ujar Yuyus saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (23/4).
Dihubungi secara terpisah, Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) pun ikut menyambut baik terkait rencana pembangunan pabrik kaca terbesar tersebut.
Ketua Umum AKLP, Yustinus Gunawan menilai, dengan adanya pabrik kaca yang diproyeksikan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara ini diyakini akan memperkuat industri kaca lembaran nasional. “Mudah-mudahan total kapasitas kaca lembaran segera meningkat dan bisa menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, mengingat pertumbuhan permintaan DN yang meningkat, juga untuk ekspor,” ungkap Yustinus.
Yustinus berujar, AKLP tidak mengikuti lebih lanjut menyoal perkembangan rencana pembangunan pabrik kaca tersebut, namun dia memperkirakan perusahaan kaca yang akan dibangun di KIT Batang itu harus terlebih dahulu menunggu kepastian pasokan gas bumi yang dialirkan melalui pipa transmisi, yang sedang menunggu kelanjutan pembangunan pipa gas bumi dari Cirebon ke Semarang.
“Dengan selesainya pipa gas bumi dari Cirebon ke Semarang, maka pipa gas trans Sumatra Jawa akan terintegrasi melewati Kawasan Industri Batang,” ujarnya.
Dengan dibangunnya pabrik kaca di KIT Batang, Yustinus berharap pemerintah akan tetap adil dalam memberikan fasilitas untuk pabrik baru maupun yang sudah beroperasi agar persaingan usaha yang berjalan tetap sehat.
Sumber Kontan, edit koranbumn