Sejarah Garuda Indonesia
Era 1920 an
Belanda dalam rangka memperkuat sistem penjajahannya, memperkuat sistem perhubungan dengan mendirikan perusahaan tranportasi udara yang bernama KNILM pada tanggal 24 Oktober 1928 dengan modal sebesar 5 juta Gulden yang dihimpun dari 32 perusahaan dan pengusaha besar.
Dana yang telah dikumpulkan ini digunakan untuk mendatangkan pesawat jenis Fokker VIII Trimotor berjumlah sebanyak 4 armada dari Belanda. Setelah menempuh perjalanan yang rentang waktunya berbeda-beda, operasional pertama KNILM diresmikan pada tanggal 1 November 1928 oleh Gubernur Jenderal Belanda, De Graef yang disaksikan oleh H. Nieuwenhuis sebagai kepala KNILM, TH.J. De Bruyn sebagai kepala administrasi keuangan dan Behege sebagai kepala dinas teknik serta Meal De Jong sebagai handelszaken (Kepala Bagian Niaga) bersama warga Batavia di Bandara Cililitan. Maskapai penerbangan Belanda ini mati diakibatkan invasi Jepang ke Asia Tenggara saat Perang Dunia 2
Era 1940 an`
Memasuki era 1940 an, Belanda kembali mendirikan maskapai lagi yang bernama KLM Interinsulair Bedrijf pada tanggal 1 Agustus 1947 yang bertujuan untuk kembali melayani daerah jajahannya.
Namun, tak lama kemudian KLM IIB diganti namanya menjadi Garuda Indonesia, di mana maskapai bernama Indonesian Airways terbang dari Jogjakarta menuju Jakarta dengan pesawat yang bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama gunung terkenal di Aceh. Dana untuk membeli pesawat seharga 120.000 Dollar Malaya ini didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh.
Penerbangan komersial pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Inilah penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways. . Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; “Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen”, yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
Era 1960-1970 an
Dekade ini merupakan dekade pembangunan sekaligus kemajuan untuk Garuda. Pada tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra, ketiga pesawat baru itu masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 dan diberi nama “Pulau Bali”, “Candi Borobudur” dan “Danau Toba”, yang merupakan nama tujuan wisata Indonesia yang paling dikenal di luar negeri.
Tahun 1963, Garuda membuka rute penerbangan menuju Tokyo dengan pesawat L-188 dengan perhentian di Hongkong, rute ini kemudian dikenal dengan nama “Emerald Route”. Garuda memasuki era jet pada tahun 1964 dengan datangnya tiga pesawat baru Convair 990A yang diberi nama “Majapahit”, “Pajajaran” dan “Sriwijaya”, yang merupakan nama kerajaan kuno di Indonesia dan menjadikan Garuda Indonesia maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat jet subsonik. Saat itu, jet bermesin empat Convair 990 merupakan pesawat berteknologi canggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis, seperti Boeing 707 dan Douglas DC-8. Dengan pesawat ini pula Garuda membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta ke Amsterdam melewati dengan rute Jakarta – Bangkok – Mumbai – Karachi – Kairo – Roma – Frankfurt – Amsterdam .
Pada tahun 1966, Garuda kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop baru seperti, Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970 dari hasil penjualan beberapa pesawat berbadan lebar untuk memenuhi pasar domestik yang terus berkembang. Pada 1970, rute menuju Kairo diganti menuju Athena.
Era 1980 -1990 an
Tren kenaikan jumlah penumpang yang naik pesawat dan tren tersebut tidak disia-siakan oleh Wiweko dalam rencananya yang bernama Buy now for tomorrow profit untuk membeli pesawat berbadan lebar dengan jarak jangkauan yang jauh dan penumpang yang banyak yaitu, Boeing B747-200 dan Douglas DC-10-30 yang di peruntukkan Garuda menerbangi rute baru di Benua Asia, Australia dan Eropa dan pada tahun 1982 Garuda Indonesia menjadi maskapai pengguna pertama Airbus A300B4-600 FFCC (Modifikasi kokpit dengan 2 awak). Memiliki inisiatif dan inovasi yang menarik di Garuda Indonesia, Wiweko yang menjabat menjadi Dirut selama 16 tahun berhasil membawa GIA menjadi maskapai terbesar ke 2 se Asia setelah Japan Airlines serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di belahan bumi bagian selatan.
Garuda Indonesia melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan layanan, mengganti sistem manajemen, memperbarui dan menambah armada serta menambah rute Domestik dan Internasional. Pada tahun 1982 Garuda Indonesia menjadi maskapai pengguna pertama Airbus A300B4-600 FFCC (Modifikasi kokpit dengan 2 awak).
Kemudian pada tahun 1985, pimpinan GIA digantikan oleh R.A.J Lumenta. Kemudian, Ia melakukan re-branding terhadap maskapai dengan mengubah nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia dan memindahkan pangkalan utama yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Soekarno Hatta dan melakukan perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute. Pada tahun 1985, Garuda Indonesia berhasil merintis penerbangan menuju Amerika Serikat dengan Douglas DC-10-30 bersama maskapai Continental Airlines dengan destinasi Los Angeles dan berhenti di Denpasar-Biak-Hawaii dengan menggunakan logo spesial gabungan dari Continental Airlines dan Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama Garuda Indonesia Training Center.
Era 2000 an
Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia.
Era 2010 an
Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta dedikasi berbagai pihak.
Era 2017 an
Garuda Indonesia sebagai maskapai nasional milik Negara Republik Indonesia, saat ini melayani 83 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia.
Dengan jumlah penerbangan lebih dari 600 penerbangan per hari dan jumlah armada 196 pesawat di Januari 2017, Garuda Indonesia memberikan pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” yang mengedepankan keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia.
Garuda Indonesia terus melaksanakan program transformasi secara berkelanjutan. Hasilnya, kini Garuda Indonesia merupakan maskapai bintang lima, dengan berbagai pengakuan dan apresiasi berskala internasional , diantaranya pencapaian ‘The World’s Best Cabin Crew” selama empat tahun berturut-turut, dari tahun 2014 hingga 2017; “The World’s Most Loved Airline 2016” dan “The World’s Best Economy Class 2013” dari Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan independen berbasis di London.
Profil dan Manajemen Garuda Indonesia
PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret 1975 yang dibuat di hadapan Soeleman Ardjasasmita, Notaris di Jakarta dan memperoleh status badan hukum sejak tanggal 23 Juni 1975, Anggaran Dasarnya telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir diubah dengan Akta Notaris nomor 3 tanggal 15 Mei 2015 yang dibuat di hadapan Aulia Taufani, SH Notaris di Kabupaten Tangerang, yang pemberitahuan perubahan Anggaran Dasarnya telah diterima dan dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan Hukum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-AH.01.03-0939814 tanggal 11 Juni 2015, beralamat Kantor Pusat di Jalan Kebon Sirih Nomor 44, Jakarta Pusat.
Slogan Garuda Indonesia terus berevolusi searah orientasi ke arah gerakan korporasi untuk menyediakan jasa transportasi udara yang terjangkau dan menjangkau semua kawasan. Berikut slogan Garuda Indonesia:
• The Airline of Indonesia (1992-1998)
• Kini Lebih Baik (1999-2002)
• Wawasan Nusantara (2003-2004)
• Bangga Bersamanya (2004-2007)
• Nusantara Bangsa (2007-2008)
• Garuda Indonesia Experience (2009-2015)
• Look Forward (2016-sekarang)
Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjadi maskapai penerbangan nasional Indonesia , masuk Bursa Efek menjadi perusahaan terbuka dapat dimiliki kepemilikan sahamnya oleh masyarakat atau public pada tanggal 11 Februari 2011.
Maskapai ini menerima sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA yang menunjukkan Garuda Indonesia telah memenuhi standar keselamatan penerbangan Internasional.
Garuda Indonesia terus melaksanakan program transformasi secara berkelanjutan. Hasilnya, kini Garuda Indonesia merupakan maskapai bintang lima, dengan berbagai pengakuan dan apresiasi berskala internasional , diantaranya pencapaian ‘The World’s Best Cabin Crew” selama empat tahun berturut-turut, dari tahun 2014 hingga 2017; “The World’s Most Loved Airline 2016” dan “The World’s Best Economy Class 2013” dari Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan independen berbasis di London
Garuda Indonesia menjadi perusahaan penerbangan Indonesia pertama yang bergabung dengan SkyTeam. Dengan wilayah terbang yang terus bertambah luas baik di dalam dan luar negeri, Garuda Indonesia terus memperkokoh eksistensi dengan daya saing yang kuat di Asia Tenggara. Bersama aliansi SkyTeam, Garuda Indonesia siap untuk terhubungkan dengan lebih 1.000 kota destinasi di seluruh dunia. Pelanggan dapat menikmati layanan ini mulai bulan Maret 2014.
PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) juga terus memaksimalkan dan memperkuat kinerja keuangan dan operasional secara berkelanjutan. Garuda Indonesia bersama jajaran anak perusahaan menjalankan strategi bisnis jangka panjang bertajuk Garuda Indonesia Group (Sky Beyond 3.5)—yang akan menjadi value-driven aviation group dengan pencapaian target value group sebesar USD 3.5 Milyar pada tahun 2020.
Garuda Indonesia telah merumuskan lima strategic themes, yang terdiri dari aspek Consolidate & Optimize Strategic Asset,World-class Customer Centricity,Agile, Efficient, Digitized,Broaden Revenue Beyond Care,Partnership and Create Portfolio Value.
Sejalan dengan komitmen strategi kinerja positif perusahaan, perusahaan menargetkan capaian pendapatan perusahaan sebesar USD 4.9 Milyar pada tahun ini. Aksi korporasi Garuda Indonesia melalui upaya peningkatan kapasitas produksi sebesar 13% – 15% yang ditunjang oleh upaya optimalisasi rute dan peningkatan kapasitas armada. Peningkatan kapasitas produksi tersebut salah satunya juga dilakukan dengan meningkatkan utilitas pesawat yang pada tahun 2017 sebesar 9 jam 36 menit ditargetkan menjadi 10 jam 24 menit di tahun 2018
Unit Bisnis Strategis dan Anak Perusahaan
Unit Bisnis Strategis
Unit Bisnis Strategis atau Strategic Business Unit (SBU) adalah unit bisnis independen di bawah perusahaan yang bertujuan untuk mengoptimalisasi sumber daya dan memaksimalkan nilai perusahaan. SBU menyediakan produk dan pelayanan kepada pelanggan internal maupun pihak ketiga. SBU yang berada di bawah Garuda Indonesia tersebut adalah Unit Bisnis Garuda Sentra Medika (GSM) dan Unit Bisnis Garuda Cargo. Kedua unit bisnis ini bertanggung jawab pada Dewan Direksi.
Garuda Sentra Medika Business Unit (SBU GSM)
SBU GSM memiliki fungsi utama untuk memastikan setiap Cockpit Crew dan Cabin Crew (Air Crew) yang bertugas, berada dalam kondisi sehat sehingga keselamatan dalam penerbangan lebih terjamin. Dengan melaksanakan fungsi ini, diharapkan penumpang merasa aman untuk terbang bersama Garuda Indonesia.
Garuda Cargo Business Unit (SBU Cargo)
SBU Cargo melayani jasa transportasi udara, dengan menggunakan pesawat-pesawat yang dimiliki oleh Garuda Indonesia. Bersama dengan mitra-mitra yakni para Agen dan GSSA, SBU Cargo mengirimkan barang untuk wilayah domestik dan internasional. Selain itu SBU Cargo juga memberikan pelayanan kepada pengirim baik perusahaan maupun individual melalui agen, GSSA atau penjualan langsung.
Anak Perusahaan
Anak perusahaan adalah satu kesatuan legal independen, yang dibangun oleh perusahaan untuk mendukung seluruh kegiatannya. Manajemen anak perusahaan diatur secara independen namun tetap di bawah pengawasan induk perusahaan. Anak perusahaan Garuda Indonesia adalah PT Aerowisata, PT Sabre Travel Network Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFAA), PT Aero Systems Indonesia (ASYST), PT Citilink Indonesia, PT Gapura Angkasa, dan Garuda Indonesia Holiday France.
PT Aero Wisata
PT Aero Wisata merupakan salah satu anak perusahaan milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1973. Bergerak di bidang usaha jasa penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saling kuat di bidang usaha pariwisata dan jasa pendukung angkutan udara dengan tujuan menjadi penyedia layanan terdepan pada industri hospitality dan wisata nasional.
PT Sabre Travel Network Indonesia
Sejarah PT Sabre Travel Network Indonesia (d/h Abacus Distribution Systems Indonesia) bermula dari persetujuan Menteri Telekomunikasi dan Menteri Keuangan atas skema kerja sama joint venture antara Garuda Indonesia dengan Abacus International. Atas persetujuan tersebut, Garuda Indonesia kemudian membentuk tim Mega CRS. PT Abacus Distribution Systems Indonesia atau juga dikenal dengan Abacus Indonesia kemudian resmi terbentuk pada tanggal 1 Maret 1995. Pada Desember 2015, Sabre sebagai perusahaan penyedia teknologi untuk perjalanan dan industri pariwisata global terkemuka di dunia melakukan akuisisi atas Abacus, dengan demikian mengubah nama Abacus Indonesia menjadi Sabre Travel Network Indonesia atau Sabre Indonesia.
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) didirikan berdasarkan akta No. 93 tanggal 26 April 2002 sebagaimana telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI No. 78 tanggal 27 September 2002.
Pendirian GMF ini dimaksudkan untuk melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perawatan pesawat terbang, perawatan komponen dan kalibrasi, perawatan mesin untuk pesawat dan industri, pembuatan dan perawatan sarana pendukung, jasa engineering, jasa layanan material, logistik, pergudangan dan konsinyasi serta jasa konsultan, pelatihan dan penyediaan tenaga ahli di bidang perawatan pesawat, komponen dan mesin.
PT Aero Systems Indonesia (ASYST)
PT Aero Systems Indonesia (ASYST), sebelumnya dikenal dengan nama PT Lufthansa Systems Indonesia, didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2005. Kegiatan ASYST meliputi layanan konsultasi dan sistem teknik teknologi informasi serta layanan pemeliharaan penerbangan dan industri lainnya. Saat ini, kepemilikan saham ASYST dimiliki oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebesar 51% dan PT Aero Wisata sebesar 49%.
PT Citilink Indonesia
Citilink merupakan maskapai penerbangan berbiaya rendah dengan visi menjadi perusahaan angkutan udara berbiaya murah terkemuka di kawasan regional dengan misi menyediakan jasa angkutan udara komersial berjadwal, berbiaya murah dan mengutamakan keselamatan, serta menguntungkan.
PT Gapura Angkasa
PT Gapura Angkasa adalah perusahaan di bidang jasa ground handling yang didirikan pada tanggal 26 Januari 1998 atas perjanjian kerja sama antara tiga BUMN, yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (Garuda Indonesia), PT Angkasa Pura I (Persero), dan PT Angkasa Pura II (Persero).
Garuda Indonesia Holiday France
GIHF resmi terdaftar dan dapat beroperasi di Perancis pada tanggal 26 Januari 2014 dengan bernomorkan 799 887 765 RCS Paris. Sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia, kegiatan usaha GIHF meliputi agen wisata (tour & travel), penjualan tiket pesawat, serta sewa menyewa pesawat. GIHF memiliki misi untuk menyediakan ragam pilihan liburan terbaik dari berbagai penyedia layanan wisata terpilih untuk wisatawan dan korporasi yang berdomisili di Paris, Perancis.
Manajemen Garuda Indonesia
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Jusman Syafii Djamal
Komisaris : Chairal Tanjung
Komisaris : Dony Oskaria
Komisaris Independen : Hasan M. Soedjono
Komisaris : Isa Rachmatarwata
Komisaris : Muzaffar Ismail
Dewan Direksi
Direktur Utama : Pahala Nugraha Mansury
Direktur : Helmi Imam Satriyono
Direktur : Nicodemus P. Lampe
Direktur : Puji Nur Handayani
Direktur : Nina Sulistyowati
Direktur : Linggarsari Suharso
Direktur : Sigit Muhartono
Direktur : I Wayan Susena
Direktur : Triyanto Moeharsono
Diolah berbagai sumber
koranbumn01