Emiten infrastruktur dan turunannya adalah salah satu sektor yang terkena dampak cukup parah dari pandemi virus corona. Hal ini dapat terlihat dari kontrak baru yang diperoleh para emiten, termasuk PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Hingga Oktober kemarin, WSKT baru berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp 15 triliun dari target Rp 26 triliun. Tak hanya dari kontrak baru, dampak negatif pandemi terhadap WSKT juga terlihat dari penurunan rating WSKT oleh Fitch maupun Pefindo.
Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael dalam risetnya pada 2 Oktober menuliskan, sejauh ini kinerja WSKT dalam mencari kontrak baru masih cukup sejalan dengan proyeksinya. Pada tahun ini, Joshua memperkirakan WSKT akan membukukan kontrak baru sebesar Rp 23,4 triliun. Artinya, sejauh ini kontrak baru WSKT sudah memenuhi 64,10% dari proyeksi Mirae
“Kami menilai dengan run-rate WSKT yang sudah lebih dari 60% dari proyeksi Mirae, kami percaya proyeksi kontrak baru pada tahun ini dapat tercapai pada sisa akhir tahun ini. Apalagi, pada kuartal IV-2020 ada kecenderungan lebih banyak proyek baru yang bisa diraih,” tulis Joshua dalam risetnya.
WSKT sedang mendivestasi ruas Becakayu melalui skema reksadana penyertaan terbatas (RDPT). Joshua memperkirakan transaksi ini bisa diselesaikan pada kuartal IV-2020. Jumlah dalam transaksi tersebut sebesar Rp 550 miliar, dengan P/B multiple of 1,0 kali.
Joshua mengatakan, angka tersebut jauh lebih rendah dari asumsi Mirae yang sebesar 1,25 kali dengan keuntungan setelah pajak berkisar Rp 154 miliar dari divestasi tersebut. Transaksi tersebut akan membuat PT Waskita Toll Road (WTR) memiliki opsi kepemilikan sebagian maupun utuh terhadap RDPT tersebut.
“Seiring dengan klausul joint control pada kesepakatan divestasi tersebut, hal ini berpotensi meringankan utang konsolidasi WSKT sebesar Rp 6,2 triliun. Kami telah memasukkan perhitungan tersebut ke perkiraan total utang WSKT pada tahun ini yang berkisar Rp 69 triliun (vs Rp 70,9 triliun pada 2019),” tambah Joshua.
WSKT pun masih gencar melakukan proyek divestasi terhadap ruas-ruas tolnya pada tahun ini. Salah satunya adalah divestasi ruas Cibitung—Cilincing yang sudah masuk tahap negosiasi akhir dengan calon investor. Pihak manajemen WSKT mengharapkan paling lambat akhir November 2020 atau awal Desember 2020 sudah dapat terealisasi.
Joshua memperkirakan kemungkinan divestasi tersebut baru terealisasi pada Desember dan membuat WSKT akan mengantongi nilai Rp 75 miliar setelah dipotong pajak. Selain itu, divestasi lain lewat skema penukaran aset juga akan dilakukan oleh WSKT. Namun, Joshua belum memasukkan proses dari skema tersebut ke hitungan proyeksi laba bersih WSKT pada tahun ini.
“Dengan P/B multiple divestasi Becakayu yang lebih rendah dari perkiraan, kami pun menaikkan proyeksi kerugian WSKT pada tahun ini, dari semula Rp 669 miliar menjadi Rp 823 miliar. Sementara untuk tahun 2021, WSKT diproyeksikan akan membukukan laba bersih Rp 282 miliar,” jelas Joshua.
Sementara untuk pendapatan, Joshua memperkirakan pada tahun ini WSKT bisa memperoleh hingga Rp 19,97 triliun dan Rp 23,35 triliun pada tahun depan. Joshua merekomendasikan trading buy WSKT dengan target harga Rp 575 per saham. Lalu, analis Mandiri Sekuritas Edbert Surya juga merekomendasikan untuk beli dengan target harga Rp 1.230 per saham.
Sumber Kontan, edit koranbumn