Emiten properti PT PP Properti Tbk. memperkirakan Bank Indonesia masih akan memangkas suku bunga sekali lagi pada bulan terakhir tahun ini sehingga 7-Day Reserve Repo Rate dapat mendarat di 3,5 persen.
Hal itu pun bakal menambah semangat para pelaku di industri properti dengan harapan penjualan bakal lebih terangkat pada 2021. Optimisme itu pun disebut sudah terlihat dari pergerakan harga saham emiten berkode PPRO.
Direktur Keuangan PT PP Properti Tbk. Deni Budiman menyampaikan katalis positif dari tren suku bunga rendah menjadi pemanis sektor properti pada akhir tahun ini.
“Ini memang merupakan sentimen positif buat kami karena suku bunga bank ikut turun,” kata Deni pekan lalu.
Deni pun memperkirakan BI masih berpotensi menurunkan suku bunga pada akhir tahun nanti dan bahkan hingga tahun depan.
Adapun, posisi suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate saat ini sebesar 3,75 persen menjadi yang terendah di sepanjang sejarah.
Gubernur BI Perry Warjiyo pun memberikan sinyal kebijakan suku bunga rendah akan dipertahankan hingga 2021 sampai tanda-tanda inflasi terlihat.
Deni melanjutkan bahwa pelaku pasar pun tampak merespons positif tren suku bunga rendah itu sehingga banyak mengakumulasikan saham-saham emiten properti, termasuk saham PPRO.
“[Suku bunga rendah] ini menjadi salah satu yang membuat beberapa bulan ini ada mempengaruhi nilai saham [PPRO],” ujar Deni.
Berdasarkan data Bloomberg, saham dengan kode PPRO itu menguat 1,90 persen menjadi Rp107 per saham pada Senin (7/12/2020) pukul 09.37 WIB. Adapun, belum cukup sebulan saham PPRO melesat 114 persen.
Lebih lanjut, emiten grup PT PP ini menargetkan pendapatan prapenjualan atau marketing sales pada 2021 mencapai Rp1,4 triliun.
Hingga November 2020, emiten dengan kode saham PPRO itu membukukan marketing sales sekitar Rp700 miliar dengan proyek andalan perseroan di kawasan Grand Kamala Lagoon Bekasi dan Grand Sungkono Lagoon Surabaya serta apartemen mahasiswa (student apartment).
Adapun, realisasi tersebut turun signifikan dibandingkan realisasi marketing sales pada 2019 senilai Rp2,27 triliun. Tak dipungkiri, lanjut Deni, pandemi Covid-19 berdampak terhadap sejumlah sektor ekonomi termasuk bisnis perseroan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn