PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. memproyeksi kinerja tahun ini masih akan mencatatkan laba kendati permintaan baja sangat terpukul dengan puncaknya pada kuartal II/2020 lalu.
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Silmy Karim mengatakan secara industri permintaan baja mengalami penurunan yang cukup signifikan. Konsumsi baja di Indonesia sepanjang paruh pertama tahun ini hanya 5,9 juta ton lebih rendah 18 persen dari tahun lalu.
Menurut Silmy, atas kondisi tersebut volume penjualan perseroan juga mengalami penurunan drastis hingga 39 persen atau setara 262 ton. Padahal pada kuartal I/2020 penjualan masih sesuai target perseroan yakni 429 ton dengan 10 ton untuk pasar ekspor.
“Kemudian masuk kuartal tiga perseroan sudah mengalami peningkatan 5 persen dibanding kuartal I/2020 secara tonase yakni 452 ton dengan 74 ton untuk ekspor. Jadi, secara prognosa keuangan 2020 akan laba dan 2021 kami juga berharap demikian semakin membaik,” katanya dalam paparan kinerja perseroan secara virtual, Selasa (29/12/2020).
Silmy menyebut rerata realisasi penjualan kuartal III/2020 adalah sebesar 151.000ton per bulan dan saat ini menunjukkan sinyal pemulihan. Sementara ke depan, adanya investasi pemerintah melalui dana PEN diharapkan dapat memulihkan volume penjualan seperti sebelum Covid-19.
Selaras dengan hal tersebut perseroan juga tengah meningkatkan program digitalisasi melalui aplikasi Sales Go, DCT, hingga KRASmart Connect milik perseroan. Silmy meyakini fokus pengembangan digitaslisasi pada perseroan ini akan menjadikan bisnis lebih efisien, konsisten, dan terukur.
“Secara industri saat ini pemulihan sudah memasuki level 80 persen, kami apresiasi sejumlah upaya pemerintah di antaranya pembatasan produk impor yang dilakukan tahun ini dan pemberian harga gas US$6 per MMBTU,” ujar pria yang menjabat sebagai Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA).
Silmy mengemukakan tahun ini perseroan juga berhasil melakukan sejumlah efisiensi di antaranya telah mencatatkan penurunan biaya energi hingga 41 persen dibanding tahun lalu.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis volume produksi industri baja nasional pada akhir 2020 akan tumbuh positif.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan pertumbuhan positif di akhir 2020 didorong oleh perbaikan rata-rata utilisasi industri baja per Agustus 2020. Tetapi, dia mengakui utilisasi per Agustus 2020 masih jauh dari kondisi normal.
“[Utilisasi industri baja] itu sudah tinggi, di era [pandemi] Covid-19 ya. Karena pembandingnya adalah [utilisasi sebelumnya] di era Covid juga. Jangan [dibandingkan] pas kondisi normal sebelum [pandemi. Kalau kondisi normal, [utilisasi industri baja] itu 70-75 persen,” katanya.
Taufik menilai peningkatan utilisasi tersebut akan terjaga dan akan meningkat hingga akhir tahun. Menurutnya, peningkatan tersebut akan didorong oleh perusahaan-perusahaan milik negara yang melanjutkan proyek konstruksinya di kuartal IV/2020.
Sumber Bisnis, edit koranbumn