PT PLN (Persero) mengalokasikan dana sekitar Rp10-Rp50 triliun untuk mengembangkan jaringan listrik pintar atau smart grid.
Direktur Perencanaan Koporat PLN Muhammad Ikbal Nur memaparkan bahwa pada tahap awal implementasi smart grid berfokus kepada keandalan, efisiensi, customer experience dan produktivitas grid dengan estimasi capex Rp10-Rp25 triliun.
Sedangkan tahap berikutnya berfokus kepada ketahanan (resiliency), customer engagement, sustainability, dan self healing dengan estimasi capex Rp30-Rp50 triliun.
Pengembangan jaringan listrik pintar dilakukan untuk menjawab isu-isu terkait transisi energi, yakni dekarbonisaso, digitalisasi, dan desentralisasi. Selain itu, sekaligus menjawab tantangan penyediaan tenaga listrik di Indonesia, meliputi efisiensi atau losses, keandalan, kemudahan, dan keberlanjutan.“Pada 5 tahun ke depan ini, kami menganggarkan memang belum terlalu besar barangkali. Ini mudah-mudahan kita bisa lihat hasilnya pada 2024 dan 2025,” ujar Ikbal dalam webinar Implementasi Smart Grid, Jumat (26/2/2021).
“PLN terus melakukan pilot project untuk smart grid walaupun semua kami lakukan secara bertahap dan kami masih dalam rangka pembelajaran bagaimana kami membuat sebuah piloting yang lebih besar dan lebih berdampak ke konsumen PLN,” katanya.
Sejalan dengan program transformasi PLN, sebagian inisiatif program transformasi juga terkait pengembanganjaringan listrik pintar, antara lain digitalisasi pembangkit, e-mobility, digitalisasi T&D, micro grids (de-dieselisasi), PLN mobile, dan lain-lain.
Sumber Bisnis, edit koranbumn