PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. menjadikan pengembangan bisnis digital menjadi fokus perseroan pada 2021.
Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur Kustono mengatakan perseroan fokus melakukan rencana transformasi bisnis. Hal itu dilakukan melalui pengembangan bisnis menjadi digital attacker bank.
Perseroan akan memperluas basis bisnisnya dan telah merencanakan bisnis model baru. Pada tahun ini, bisnis digital akan mulai dikembangkan dimulai dari infrastruktur, produk, dan layanan.
“Pada 2021 bisnis digital bank akan mulai dikembangkan dengan pengembangan infrastruktur, serta produk yang sesuai dengan layanan. Juga melakukan pengembangan produk simpanan yang dapat meningkatkan transaksi seperti QR payment, debit card dan digital saving,” katanya melalui siaran pers, Jumat (9/4/2021).
Dari sisi kinerja, emiten berkode saham AGRO ini mencatatkan kinerja hingga 31 Desember 2020 masih menunjukan adanya pertumbuhan. Hal tersebut terlihat dari peningkatan total aset sebesar 3,50% yoy, dari Rp27,7 triliun pada 2019 menjadi Rp28,02 triliun pada 2020.
Pertumbuhan total aset tersebut ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 0,65% yoy, dari Rp19,37 triliun menjadi Rp19,49 triliun. Rendahnya pertumbuhan kredit perseroan salah satunya disebabkan oleh kondisi global dan domestik yang terdampak oleh pandemi Covid-19.
Penyaluran kredit konsumer melalui aplikasi digital Pinjam Tenang atau PINANG juga mulai memperlihatkan hasil. Aplikasi PINANG telah berjalan penuh secara digital dengan sistem digital verification, digital scoring, dan digital signature.
Pada tahun lalu, total disbursement PINANG sebesar Rp70,6 miliar dan telah melayani lebih dari 18.000 debitur. Kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus AGRO merupakan salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit perseroan.
Porsi penyaluran kredit kepada sektor agribisnis tercatat sebesar 56%, dengan penyaluran terbesar pada komoditas kelapa sawit. Selain melakukan pengembangan bisnis existing, BRI Agro juga melakukan kolaborasi dengan berbagai startup dari berbagai jenis bidang bisnis, salah satunya dari bidang financial technology.
Dari sisi liabilitas, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,75% yoy, dari Rp21,14 triliun menjadi Rp22,99 triliun. Pertumbuhan DPK perseroan cukup baik dibandingkan dengan pertumbuhan BUKU II sebesar 4,47% yoy pada Desember 2020.
Pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan giro dan tabungan sehingga terjadi perbaikan dana murah (CASA) menjadi 23,85% dari sebelumnya sebesar 14,31%. Hal tersebut sejalan dengan strategi perusahaan dalam menurunkan cost of fund (COF) yang mencapai 5,97% pada 2020 dari sebelumnya sebesar 7,02% pada 2019.
Dari sisi profitabilitas, perseroan masih mampu mencetak perolehan laba bersih dari sebesar Rp31,26 miliar. Dari sisi likuiditas, loan to deposit ratio (LDR) BRI Agro masih dapat terjaga pada level aman yakni sebesar 84,76% sesuai parameter yang ditetapkan oleh regulator. Selain itu, tingkat likuiditas di luar rasio LDR yaitu rasio intermediasi makroprudensial (RIM) masih tetap terjaga pada level 86,02%.
Dari sisi ekuitas, BRI Agro tetap memiliki ekuitas yang solid dengan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 24,33% pada 2020. Angka tersebut masih jauh diatas ketentuan minimum yang ditetapkan oleh regulator.
Perseroan mencatat rasio non performing loan (NPL) gross sebesar 4,97% yang menunjukkan tren penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya NPL gross sebesar 7,66% pada 2019. Sementara itu NPL net pada 2020 sebesar 2,73% dibandingkan dengan NPL net 2019 sebesar 4,86%.
“Di saat pandemi Covid-19 di mana perbankan mengalami kenaikan NPL, perseroan berhasil menurunkan NPL. Strategi yang ditempuh adalah dengan melakukan restrukturisasi dan membentuk pencadangan yang cukup solid dengan rasio NPL coverage mendekati 103,96% pada tahun 2020 dari tahun 2019 yang berada di level 56,24%,” paparnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn