Himpunan bank negara, Himbara, siap mengucurkan kredit modal kerja untuk sektor yang terdampak parah oleh Covid-19.
Sektor dimaksud adalah pariwisata, perhotelan, dan restoran, termasuk di Bali yang menjadi prioritas.
OJK bersama Kementerian BUMN dan sejumlah direktur utama Himbara sepakat untuk mendata nasabah yang memerlukan modal kerja tambahan.
“Sektor pariwisata, perhotelan, dan restoran jadi prioritas di Bali. Tadi malam kami sudah rapat dengan Pak Suahasil [Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara] dan Dirut Himbara, mulai didata seluruh nasabah yang milik Himbara untuk di-rolling modal kerja tambahan,” kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, seperti dikutip dalam rilis OJK, Jumat (9/4/2021).
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meminta Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan bank-bank swasta nasional segera menurunkan suku bunga kredit. Mereka diminta mengikuti pemangkasan suku bunga acuan utama yang dilakukan bank sentral.
Langkah itu diperlukan guna mendorong pemulihan ekonomi nasional yang terdampak akibat pandemi Covid-19.
“Sekarang tinggal BPD dan bank-bank swasta lain. Ayo, ayo, ayo, turunkan suku bunga, supaya kita terus mendorong ekonomi kita,” ujarnya.
Pemerintah ingin agar perbankan berani meminjamkan dana kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hal itu tersirat melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 32/2021 tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah untuk Pelaku Usaha Korporasi melalui Badan Usaha Penjaminan yang Ditunjuk dalam Rangka Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani PMK 32/2021 bertujuan selain agar perbankan mudah memberikan pinjaman, para UMKM juga memiliki keyakinan untuk meminjam uang. Itu semua dijamin karena seluruh risiko akan diambil oleh pemerintah.
“Ini semua dikaitkan dengan kemampuan terutama perusahaan di bidang hotel, restoran, dan akomodasi atau Horeka yang terkena dampak cukup besar sehingga mereka bisa dapat pinjaman yang direlaksasikan,” jelasnya di hadapan stakeholder pelaku usaha di Bali.
Lebih jauh mantan Direktur Bank Dunia ini mengajak semua pihak melakuan penyesuaian instrumen dan policy dalam menangani dampak pandemi.
“Kita terus meningkatkan dalam sektor usaha dengan kerja sama erat, lakukan kalibrasi dan re-kalibrasi terus, agar industri dan perbankan bangkit,” ujarnya.
Sementara itu Gubernur Bali Wayan Koster meminta kebijakan spesifik dan spasial dalam upaya pemulihan ekonomi Bali pascapandemi Covid-19, khususnya pada sektor pariwisata. Apalagi, ujarnya, sebagai destinasi wisata dunia, pelaku pariwisata Bali paling besar terdampak pandemi Covid-19.
“Untuk itu saya kira akan bijak jika pemerintah pusat dan DPR ada kebijakan spesifik untuk Bali,” katanya.
Koster menilai Bali telah memiliki kontribusi besar pada perekonomian Indonesia di saat kondisi normal. Namun, di tengah pandemi, perekonomian Bali mengalami penurunan pertumbuhan sehingga membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat.
“Pelaku wisata sangat berat. Banyak yang di-PHK, dirumahkan, tidak mampu bayar gaji, bahkan ada yang tidak operasional. Saya bersyukur masyarakat Bali pelaku wisata masih sabar, tapi kita tidak tahu sampai kapan ini berlangsung,” ujarnya.
Dijelaskannya, saat kondisi normal pertengahan 2019 lalu, sebanyak 6,3 juta wisatawan mancanegara (Wisman) datang ke Bali atau setara 39 persen dari jumlah total wisman nasional.
Angka tersebut juga berarti jumlah devisa sebesar 29 persen dari total devisa sektor pariwisata Indonesia.
“Belum lagi untuk wisdom (wisatawan domestik), ada 10,5 juta orang datang ke Bali. Jadi ekonomi sangat tergantung pariwisata, dan jika normal pertumbuhan ekonomi kita selalu di atas rata-rata nasional,” ujar Koster.
Koster menginginkan kepada pelaku pariwisata Bali dan sektor ikutannya diberikan kebijakan fiskal spesifik, yang secara khusus mampu menyelamatkan pilar perekonomian Pulau Dewata. Misalnya, dengan pinjaman lunak berbunga ringan.
“Saya apresiasi kinerja Pusat dan DPR untuk pemulihan Bali, dan secara spesifik kami usulkan untuk mengucurkan modal kerja kepada sektor-sektor yang terdampak parah dari Covid-19, yakni pariwisata, perhotelan, dan restoran. Pinjaman lunak dengan bunga ringan. Saya yakin, tahun 2023 saat kondisi membaik, mereka [pelaku wisata] akan memenuhi kewajibannya,karena rata-rata mereka ini orang baik, sangat taat pajak,” kata Koster.
Sumber Bisnis, edit koranbumn