PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJL) selaras dengan visi PT PLN (Persero), yaitu menjadi perusahaan terkemuka se-Asia Tenggara dan menjadi pilihan nomor satu pelanggan untuk sousi energi. Program TJSL PJB mengacu pada ISO 26.000 dengan mengedepankan tiga pilar, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Menurut Ida Zubaidah, Sekretaris Perusahaan PJB, pilar sosial berupa program pendidikan keterampilan untuk menunjang ekspansi bisnis, bekerja sama dengan perguruan tinggi atau pihak lain. Pilar ekonomi berupa program pengembangan UKM yang dapat menunjang kebutuhan perusahaan.
“Pilar lingkungan merupakan program inovatif peningkatan kualitas hidup masyarakat berbasis lingkungan yang tematik, terintegrasi dengan pengembangan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan,” ujar Zubaidah saat berbicara pada DE Talk bertema “Mengejar PROPER dengan Inovasi Sosial dan Lingkungan” secara virtual di Jakarta, Selasa (8/6).
Atas keberhasilan melaksanakan program TJSL, pada 2020 PJB memperoleh Predikat PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Tahun ini, PJB menargetkan dapat meraih satu Predikat PROPER Emas, enam PROPER Hijau, dan enam PROPER Biru. Untuk mencapai target tersebut, lanjut Zubaidah, PJB mengembangkan tiga program Creating Shared Value (CSV), yaitu co-firing penerapan green energy pada PLTU dnegan memanfaatkan biomassa sebagai substitusi (campuran bahan bakar), dengan meliatkan UMK sebagai penyedia biomassa.
Selain itu, pompa listrik untuk pertanian dengan mengonversi pompa air bermesin diesel yang menggunakan bahanbakar minyak dengan pompa air listrik yang berhasil mengrangi biaya produksi petani. “Ketiga PJB Class, yaitu mencetak lulusan SMK yang berkeahlian ketenagalistrikan sebagai tenaga kerja siap pakai yang tersertifikasi,” katanya.
Menurut Ida, demikian mantan VP CSR PLN ini disapa, pengembangan CSV di PJB, bisnis tumbuh berkesinambungan di lingkungan yang kondusif, tidak hanya lakukan program –program CSR membantu masyarakat, tapi apakah juga bersentuhan langsung dengan bisnis berkelanjutan.
Di luar kegiatan tersebut, Ida menyebutkan, PJB juga melaksanakan aksi tanggap bencana. Dua bentuk aksi PJB dalam tanggap kebencanaan, yaitu fast response dan empowerment. Di bidang fast response, aksi yang dilakukan adalah pemberian paket semabko, handsanitizer, dan masker kain kepada masyarakat; pemberian makanan sehat, thermogun, tenda psko untuk institusi keamanan; penyediaan APD lengkap untuk Puskesmas/Faskes; dan penyediaan alat dan ciran disinfektan serta wastafel portabel untuk pemerintah daerah.
“Untuk empowerment, kami ada kegiatan di Unit Pembangkitan Gresik berupa program pijar berdaya dan UP Paiton berupa program kampung kelor dan Dewi Harmoni,” katanya.
Sudharto P Hadi, Ketua Dewan Pertaimbangan PROPER Kementerian LHK, mengatakan PROPER sejatinya bukan tujuan tapi wahana mewujudkan corporate sustainability yang menjadi idaman semua pemangku kepentingan. “Profit memang perlu, tapi kita juga perlu masyarakat yang terdampak pada kegiatan kita, caranya adalah dengan membangun sistem,” ujarnya.
Riki Ibrahim, Direktur Utama PT Geo Dipa Energi, menambahkan PROPER bukan tuntutan semata-mata untuk mendapatkan terkenal, tapi tuntuan dunia. Untuk panas bumi adalah energi baru terbarukan yang betul-betul untuk mengelolanya bermanfaat bagi masyarakat. “Kami sebagai perusahaan harus jaga operation excellent dan safety culture,” ujarnya.
Wiyana, Environmental Department Head PT Adaro Energy Tbk, menjelaskan dalam operasinya Adaro
Menjalankan konsep sustainability tools. Apalagi tambang pasti terkait sinergi pasca tambang mulai dari operasi sampai ke tahap closure dan post closure. “Target tercapainya bukan hanya finance closure, tapi juga progresif pasca tambang,” katanya
Sumber Kontan, edit koranbumn