Bukit Asam memanfaatkan momentum kenaikan harga batubara global. Selain meningkatkan kemampuan produksinya, perusahaan pelat merah ini akan mem- perkuat penjualan batubara di pasar domestik maupun ekspor. Berdasarkan data Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak Juli 2021 telah berada di level 99,4 dolar AS per ton pada perdagangan pada 14 Juni 2021. Bahkan, harga batubara pernah menembus level 102,55 dolar AS per ton sehari sebelumnya.
Apollonius Andwie C., Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, mengatakan kenaikan harga batubara yang diiringi oleh penambahan kuota produksi batubara nasional oleh pemerintah pada dasarnya menjadi kesempatan bagi Bukit Asam untuk meningkatkan produksinya. Bukit Asam pun membuka peluang untuk meningkatkan kembali produksi batubaranya pada sisa tahun ini. “Saat ini kami sedang menjajaki dengan Kementerian ESDM untuk mendapatkan peluang lebih besar,” ujar Pollo.
Asal tahu saja, Kementerian ESDM mengerek target produksi batubara nasional di tahun 2021 dari 550 juta ton menjadi 625 juta ton. Bukit Asam sempat menargetkan produksi batubara sebanyak 29,5 juta ton di tahun ini, lalu menaikkannya menjadi 30 juta ton. Sekadar catatan, dalam tiga bulan pertama 2021, Bukit Asam mampu memproduksi batubara sebesar 4,5 juta ton dengan penjualan sebesar 5,9 juta ton.
Manajemen Bukit Asam menyebutkan penjualannya mulai menunjukkan sinyal positif di tengah pemulihan ekonomi nasional. Pasar domestik sampai saat ini masih menjadi kontributor utama penjualan batubara PTBA. Penjualan batubara PTBA di pasar domestik juga diperkuat oleh kehadiran smelter alumina di Bintan, sehingga perusahaan ini memasok kebutuhan batubara di sana.
Per kuartal I 2021, nilai pendapatan Bukit Asam dari pen- jualan batubara domestik mencapai Rp2,59 triliun, tertinggi dibandingkan penjualan batubara perusahaan ini ke nega- ra-negara lainnya. Sejauh ini, sektor kelistrikan berkontribusi besar terhadap penjualan batubara domestik PTBA. Hal ini terbukti dari penjualan batubara PTBA ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang mencapai Rp1,05 triliun dan PT Indonesia Power sebesar Rp880,25 miliar di kuartal I 2021. Kedua perusahaan ini berkontribusi lebih dari 10% dari total pendapatan PTBA.
Pollo juga menyampaikan, penjualan ekspor Bukit Asam juga stabil. Ini mengingat permintaan ekspor batubara ke berbagai negara sudah full booked. “Salah satu pasar ekspansi kami adalah ke Filipina,” ungkap Pollo. Selain Filipina, Bukit Asam juga melakukan ekspor batubara ke China, India, Taiwan, Jepang, Malaysia, Hongkong, Vietnam, dan lain sebagainya.
Tak hanya memproduksi dan menjual batubara, Bukit Asam juga fokus mengembangkan proyek gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products & Chemicals, Inc (APCI). Selasa, 11 Mei 2021 lalu, Bukit Asam, Pertamina dan APCI menandatangani Amandemen Perjanjian Kerja Sama Pengembangan DME yang berlangsung di Jakarta dan Los Angeles, Amerika Serikat.
Pollo mengatakan Bukit Asam sedang men- indaklanjuti persetujuan yang telah ditandatangani tersebut untuk kemudian difinalisasi. Setelah itu, barulah Bukit Asam menjalani tahap pra konstruksi untuk proyek yang berlangsung di Tanjung Enim, Sumatera Selatan tersebut. Proyek DME sendiri akan dilakukan selama 20 tahun. Investasi asing yang didatangkan dari APCI dalam proyek ini mencapai US$ 2,1 miliar atau setara Rp30 triliun. Bukit Asam nantinya akan memasok kebutuhan batubara untuk proyek DME sebanyak 6 juta ton. Kelak, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun dan mengurangi impor LPG Indonesia sebanyak 1 juta ton per tahun.