Emiten produsen baja BUMN, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS), membukukan pertumbuhan laba bersih 619,73 persen year on year pada semester I/2021.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Selasa (20/7/2021), Krakatau Steel membukukan pendapatan US$1,05 miliar pada semester I/2021. Pencapaian itu naik 90,88 persen dari US$552,82 juta periode yang sama tahun lalu.
Dari situ, emiten BUMN berkode saham KRAS itu mampu mengantongi laba bersih US$32,46 juta. Pencapaian itu tumbuh 619,73 persen dari US$4,51 juta periode semester I/2021.
Manajemen Krakatau Steel (KS) mengungkapkan peroleh laba bersih itu setara dengan Rp475 miliar tau naik 601,3 persen dari Rp67 miliar periode akhir Juni 2020. EBITDA Krakatau Steel hingga Juni 2021 meningkat menjadi Rp1,2 triliun di mana EBITDA tersebut hampir dua kali lipat melebihi realisasi di 2020 yang sebesar Rp687 miliar.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan nilai penjualan Krakatau Steel mengalami peningkatan sebesar 90,9 persen menjadi Rp15,3 triliun pada semester 1 2021 dibandingkan dengan semester 1 tahun lalu sebesar Rp8 triliun.
Volume penjualan produk utama Krakatau Steel meningkat sebesar 43,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020. Peningkatan volume penjualan Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) menjadi sebesar 995.000 ton dibandingkan dengan 692.000 ton di tahun 2020.
Selain itu, penjualan ekspor Krakatau Steel pun meningkat 15 kali lipat menjadi sebesar 162.243 ton di 2021 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020 yaitu sebesar 10.817 ton.
“Dengan memproduksi produk HRC dan CRC sebanyak 1.008.000 ton di Semester 1 Tahun 2021 dan diikuti dengan semakin turunnya biaya produksi per tonnya, maka produktivitas Krakatau Steel pun meningkat 61 persen,” jelas Silmy melalui siaran pers, Selasa (20/7/2021).
KRAS mengklaim program efisiensi Krakatau Steel pada 2020 nampak terus berlanjut tahun ini. Sampai dengan akhir semester I/2021, variable cost menurun 13,1 persen dan fixed cost tereduksi 22,8 persen.
Krakatau Steel juga menurunkan biaya operasional sebesar 18,1 persen menjadi Rp1,7 juta per ton dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp2 juta persen ton. Penurunan biaya operasional ini diantaranya terjadi pada penurunan biaya energi sebesar 12 persen, penurunan biaya spare part sebesar 17,6 persen, serta penurunan biaya tenaga kerja hingga 24,7 persen.
Sumber Bisnis, edit koranbumn