Dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Barat, PLN resmi mengoperasikan Gardu Induk (GI) Pangkalan Bun 150 kilo Volt (kV) pada hari ini, Selasa (11/12). Dengan beroperasinya GI Pangkalan Bun, kondisi kelistrikan Kalimantan Tengah (Kalteng) akan semakin handal. Ini karena sistem kelistrikan Pangkalan Bun terhubung (interkoneksi) dengan sistem kelistrikan interkoneksi Barito – Mahakam (Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) yang saat ini memiliki surplus daya mencapai lebih dari 200 Mega Watt (MW).
Sebelumnya, pasokan listrik Pangkalan Bun disuplai sistem kelistrikan yang terpisah (isolated), dimana suplai kelistrikan sepenuhnya hanya mengandalkan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berdaya mampu 33,65 Mega Watt (MW). Dengan sistem interkoneksi ini, maka suplai utama kelistrikan di Pangkalan Bun akan disuplai langsung dari Sistem Interkoneksi Barito – Mahakam.
Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN Machnizon Masri mengatakan, suplai utama listrik langsung dari Sistem Barito – Mahakam ini tak hanya mencukupi kebutuhan listrik masyarakat di Pangkalan Bun yang ada saat ini, tapi juga dapat memenuhi kebutuhan energi listrik bagi para calon investor di Kabupaten Kotawaringin Barat dan sekitarnya.
“Sebagai suplai utama, sistem kelistrikan Barito tentunya dapat memenuhi permintaan kebutuhan energi listrik dalam skala besar bagi para pelaku investasi yang bergerak di bidang industri maupun bisnis,” ungkap Machnizon.
Dengan beroperasinya Gardu Induk Pangkalan Bun 150 kV (kilo Volt) PLN dapat menurunkan Biaya Pokok Produksi Penyediaan (BPP) listrik di Kotawaringin Barat yang berasal dari PLTD berbahan bakar High Speed Diesel (HSD) mencapai Rp 363 Juta per harinya, atau dengan kata lain PLN dapat menghemat 130 Miliar Rupiah setiap tahunnya.
Sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam penyediaan energi listrik, sudah menjadi tugas dan misi PLN untuk menjadikan listrik sebagai pendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, yakni dengan cara memenuhi dan meningkatkan kebutuhan supai listrik pelaggan.
Selain itu, kemudahan mendapatkan energi listrik atau Getting Electricity merupakan salah satu indikator dalam kemudahan berbisnis (Ease of Doing Business). Artinya semakin mudahnya konsumen atau investor dalam mendapatkan energi listrik, maka semakin mudah pula mereka mau untuk berinvestasi.
“Berdasarkan laporan World Bank, Ease of Doing Business di Indonesia dalam kemudahan mendapatkan energi listrik meningkat setiap tahunnya, dari peringkat 61 menjadi peringkat 38. Inilah wujud dari kerja nyata PLN dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat”, ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Triwulan III tahun 2018, perekonomian di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami pertumbuhan mencapai 6,38% dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Dengan ketersediaan suplai energi listrik melalui sistem interkoneksi yang masuk saat ini, Pangkalan Bun sebagai salah satu pintu gerbang utama menuju Povinsi Kalimantan Tengah diharapkan dapat menjadi kota strategis bagi para Investor. Sehingga pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah diharapkan dapat terus meningkat setiap tahunnya.
Sebagai informasi, total investasi yang dikeluarkan PLN untuk membangun GI Pangkalan Bun 150 kV mencapai Rp 106 Miliar. Sedangkan untuk mewujudkan sistem interkoneksi dengan Pangkalan Bun, PLN juga membangun infrastruktur kelistrikan lainnya yang meliputi GI Sampit 150 kV dan Tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).
Total Tower SUTT yang dibangun untuk menghubungkan GI Pangkalan Bun dengan GI Sampit sebanyak 474 Tower dengan jalur transmisi sepanjang 167 kilo meter sirkit (kms). Jalur transmisi tersebut membentang melintasi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Waringin Timur, Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin Barat yang meliputi 7 Kecamatan dan 20 Desa.
Sumber PLN