Sebagaimana kewajian Perusahaan Terbuka kepada para investor dan pemegang sahamnya, pada Senin, 23 Agustus 2021, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mengadakan Public Expose 2021 untuk menyampaikan pencapaian kinerjanya hingga Semester I 2021 dan pandangannya terhadap industry otomotif di tanah air serta layanan bongkar muat kendaraan sebagai bagian dari ekosistem rantai logistic industri otomotif.
Penyelenggaraan Public Expose kali ini sama seperti yang telah diadakan tahun lalu dimana diadakan melalui fasilitas virtual (meeting non fisik) namun, tidak mengurangi semangat dari Tim Manajemen IPCC untuk dapat memberikan informasi dan perkembangan terkini terkait kinerja perseroan dan juga semangat dari para peserta, baik investor eksisting IPCC maupun calon investor IPCC untuk menyimak dan mendapatkan informasi kinerja Perseroan.
IPCC sebagai Perusahaan Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sekaligus bagian dari Keluarga Besar Pasar Modal Indonesia tentunya memiliki komitmen dalam menyampaikan pencapaian kinerjanya sebagai bagian dari Tata Kelola Perusahaan Terbuka yang baik berupa Keterbukaan Informasi kepada masyarakat, khususnya para investor, pemegang saham, analis, maupun media.
Dengan adanya Public Expose yang dilakukan secara daring / online maka dapat menjangkau investor yang lebih luas di seluruh Indonesia maupun mancanegara sehingga IPCC dapat memberikan informasi dan perkembangan baik terkait dengan kinerja perseroan maupun industri Kepelabuhan ke seluruh kalangan investor sekaligus mendapatkan banyak input, ide, maupun saran dari para stakeholders tersebut.
Sebagai perwakilan dari IPCC, hadir jajaran Direksi baru terpilih hasil dari RUPS pada Juni 2021 yang lalu, yaitu Rio T.N Lasse selaku Direktur Utama; Agus Hendrianto selaku Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis; Feri Irawan selaku Direktur Keuangan dan SDM; serta Direktur Operasi dan Teknik oleh Andi Hamdani serta didampingi oleh perwakilan Tim Sekretaris Perusahaan, yaitu Sofyan Gumelar sebagai Sekretaris Perusahaan; Reza Priyambada sebagai Investor Relation; dan Vidyah Payapo sebagai DVP Komunikasi Perusahaan dan CSR.
Mengawali pemaparannya, Rio menyampaikan sekilas perkembangan industri otomotif yang sempat mengalami penurunan seiring dengan imbas Pandemi Covid-19 dalam periode semester I sepanjang 2019 dan 2020 namun, di 2021 pada periode yang sama mulai menunjukan pemulihan sehingga nantinya berimbas pada peningkatan layanan bongkar muat di Terminal IPCC. Rio juga menyampaikan IPCC menjadi bagian dari supporting business industri turut menghadapi tantangan perkembangan industri otomotif yang sempat terimbas Pandemi Covid-19.
Untuk itu, IPCC mengupayakan untuk melakukan transformasi bisnis baik dari sisi bisnis dan operasional maupun keuangan yang diantaranya ialah meningkatkan standar pelayanan kepada para pelanggannya; dan melakukan digitalisasi sistem untuk memudahkan dan membantu pelayanan kepada pelanggan serta terkoneksi antar sistem baik dari sisi internal IPCC, automaker, shipping line, maupun customs / Bea Cukai.
Dalam hal menjalankan lini bisnis, Rio juga menyampaikan bahwa selain melakukan proses Terminal Handling dimana IPCC melakukan stevedoring maupun cargodoring dengan sejumlah automater, diantaranya Grup Toyota dan Hyundai juga mengupayakan untuk dapat melakukan Terminal Handling dengan sejumlah automaker lainnya yang saat ini sedang dalam penjajakan. Termasuk juga melakukan sejumlah kegiatan yang merupakan bagian dari Value Added Services untuk peningkatan standar layanan di Lapangan Penumpukan IPCC.
Dari sisi Operasi dan Teknik, pasca terjadinya penurunan jumlah kargo kendaraan di Terminal IPCC, sepanjang semester I tahun ini mulai menunjukan peningkatan. Aktivitas layanan bongkar muat kendaraan di Terminal IPCC dapat dikatakan menunjukan pemulihan bila dibandingkan semester I tahun lalu.
Sebagai contoh, CBU ekspor naik 38,63% di semester I tahun ini dari periode yang sama di tahun lalu, begitupun dengan ekspor Alat Berat yang naik 19,81% dan spareparts naik 18,13%, demikian Andi menjelaskan. Andi juga menuturkan bahwa IPCC sebagai bagian dari ekosistem rantai logistik industri otomotif tentunya menyiapkan berbagai hal terkait dengan kesiapan pelayanan di lapangan Terminal IPCC.
Kesiapan SDM dalam menangani kargo kendaraan, baik CBU maupun Alat Berat dan lainnya menjadi perhatian manajemen untuk dapat memberikan operational excellent kepada para pelanggannya yang dilakukan melalui berbagai pelatihan dan praktek di lapangan. Di sisi lain, pengerasan lapangan eks-DKP, perbaikan berat lapangan E, pengembangan sistem digital CARTOS di Terminal Internasional dan CARDOM di Terminal Domestik, perbaikan fasilitas jaring debu, managed services e-ticket dan Autogate serta pengerjaan perbaikan di lapangan Terminal termasuk perawatan sistem IT merupakan kegiatan diantaranya yang telah dilakukan oleh Tim Operasi dan Teknik untuk menjaga pelayanan kargo kendaraan di Terminal IPCC agar terjaga dengan baik.
Untuk meningkatkan pengembangan bisnis, Agus menjelaskan bahwa area IPCC bukan hanya di sekitar Tanjung Priok namun, juga terdapat di luar Tanjung Priok diantaranya di Pelabuhan Panjang, Lampung; Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat; dan juga di Gresik, Jawa Timur melalui kerjasama dengan Maspion Group.
Agus juga menyampaikan bahwa IPCC juga sedang membidik kerjasama dengan Pelabuhan yang melayani Terminal Kendaraan di luar wilayah Pelindo 2 dimana kerjasama ini tidak hanya menjadi bagian dari terintegrasinya Pelindo Bersatu namun, juga untuk meningkatkan aliansi kerjasama yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Di sisi lain, Agus juga sedang menyusun rencana pertumbuhan inorganik dengan melakukan sharing discussion dengan sejumlah perusahaan untuk dapat bekerja sama dalam membangun ekosistem rantai logistik kendaraan.
Agus juga tidak menampik bahwa di berbagai media banyak pemberitaan negatif dimana memberikan gambaran bahwa adanya Patimban akan menggerus pangsa pasar dari IPCC dan akan menurunkan kinerja IPCC. Untuk hal ini, Agus menyampaikan bahwa pada dasarnya, jika melihat prospek positifnya, adanya Patimban ini dapat menjadi pelengkap dari Terminal yang ada di Tanjung Priok.
Terlebih pada Terminal Kendaraan yang nantinya bisa saling bekerja sama. Jika kita melihat target Pemerintah terhadap produksi kendaraan di Indonesia yang mencapai 1 jutaan kendaraan maka Terminal IPCC dan Patimban dapat saling melengkapi. IPCC memiliki kapasitas kendaraan CBU sekitar 560-600 unit kendaraan. Jika tercapai target produksi tersebut dan nantinya akan dikirim ke Terminal Kendaraan IPCC maka kelebihan jumlah dari produksi CBU tersebut bisa saja ditempatkan di Terminal Patimban.
Di sisi lain, salah 1 join operator di Patimban ialah Pelindo 3 yang mana nantinya akan diintegrasikan dalam Pelindo Bersatu sehingga secara tidak langsung bisa saja IPCC akan mendapatkan bagian di Patimban.
Terakhir dari sisi Keuangan dan SDM, Feri menyampaikan sepanjang semester I tahun ini IPCC mampu membukukan laba sebesar Rp14,83 miliar yang didukung oleh peningkatan pendapatan 32,79% menjadi Rp233,28 miliar dibandingkan sepanjang semester I tahun lalu dimana IPCC sempat mengalami kerugian Rp240 juta dengan pendapatan senilai Rp175,68 miliar dimana terimbas dari peningkatan beban penyusutan dan beban bunga sewa seiring pencatatan Sewa Lahan yang menyesuaikan dengan PSAK 73.
Di sisi lain, terkait dengan penerapan PSAK 71 menimbulkan adanya penyisihan piutang. Feri menyampaikan adanya nilai piutang yang besar karena sebelumnya tidak berjalan metode penagihan piutang yang efektif. Oleh karena itu, sejak tahun 2020 dilakukan metode penagihan piutang yang lebih efektif sehingga menghindari munculnya piutang yang lebih besar lagi.
Manajemen saat ini menerapkan adanya pemberian uang pertanggungan (uper) sebelum kapal sandar. Jadi, mereka (mitra) harus membayar uper terlebih dahulu baru dapat dilayani. Untuk lainnya, manajemen juga melakukan penjadwalan ulang atas piutang yang eksisting agar mitra dapat melakukan pembayaran secara angsuran.
IPCC telah menjalin kerja sama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dalam implementasi Supply Chain Financing (SCF). Skema SCF memungkinkan IPCC menerima pembayaran dari perbankan atas layanan yang diberikan IPCC kepada para pelanggannya dalam jangka waktu yang lebih singkat setelah nota penagihan diterbitkan. Selanjutnya, pihak pengguna jasa yang akan melakukan pembayaran kepada perbankan.
Sebagai penutup, Manajemen IPCC berharap dengan semakin pulihnya industri otomotif yang diikuti dengan proses transformasi proses bisnis yang saat ini sedang dikembangkan oleh IPCC dan penjajakan aliansi kerjasama bisnis dengan sejumlah stakeholders dapat berimbas positif pada kinerja keuangan dan operasional IPCC yang pada akhirnya dapat meningkatkan value para investor dan pemegang saham melalui peningkatan harga saham IPCC.
Manajemen juga menyampaikan bahwa peningkatan fundamental Perseroan menjadi fokus utama dimana terus mengupayakan sejumlah strategi agar dapat mengangkat kembali kinerja IPCC, baik melalui optimalisasi lahan; pendekatan kerjasama logistik dan penanganan kargo kendaraan secara langsung dengan sejumlah pabrikan untuk menekan biaya logistik; peningkatan kualitas layanan bongkar muat melalui pemberdayaan SDM; perbaikan dan peningkatan layanan konektivitas sistem jaringan yang terintegrasi antara IPCC, Shipping line, automaker, hingga Bea Cukai; digitalisasi operasional; dan sejumlah strategi lainnya sehingga pergerakan harga saham dapat mencerminkan nilai wajarnya.