Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah Kembali melepasliarkan sebanyak 206 tukik (anak penyu) kembali ke habitatnya. Kegiatan Pelepasliaran ini merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan oleh Pertamina dengan Kelompok konservasi Nagaraja. Pelepasliaran yang dilaksanakan dengan protokol Covid-19 kali ini turut dihadiri BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Tengah dan berlokasi di Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap pada Senin (23/8).
Program konservasi penyu ini merupakan bentuk kolaborasi antara unit-unit operasi Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah yaitu Fuel Terminal Maos, Fuel Terminal Lomanis dan Integrated Terminal Cilacap, serta bekerja sama dengan Kelompok Konservasi Nagaraja. Adapun jenis penyu yang dikonservasi melalui program ini adalah spesies penyu lekang (Lepidochelys Olivaceae). Hingga saat ini penyu merupakan salah satu satwa langka dan dilindungi (tertuang dalam Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya). Selain itu, International Union for Conservation of Nature mengkategorikan penyu sebagai Red List of Threatened Species.
Kepala BKSDA Jawa tengah, Darmanto melalui keterangan persnya mengungkapkan bahwa Penyu Lekang merupakan salah satu satwa dilindungi di Indonesia sehingga pelepasliaran tukik penyu lekang ke habitatnya diharapkan bisa melestarikan populasi penyu di alam.
“Sebagai satwa perairan bermigrasi, mereka akan kembali ke darat untuk bertelur. Oleh karena itu, kita perlu menjaga habitat-habitat tempat bertelur yang disukai penyu. Tidak membuang sampah ke laut, jangan memakan telur penyu merupakan upaya yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelestariannya,” terang Darmanto dalam rilisnya (23/8).
Program konservasi penyu di Pantai Sodong Cilacap, bermula ketika Jumawan selaku Ketua Kelompok Konservasi Nagarajamelihat kegiatan perburuan telur penyu di masyarakat. Berawal dari permasalahan tersebut ia bersama Pertamina mulai menyusun program pada tahun 2019 dan mulai melakukan edukasi kepada masyarakat. Hingga saat ini Kelompok Nagarajaberanggotakan sebanyak 20 orang yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat sekitar.
“Kami secara intensif melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar pantai, jika menemukan telur penyu untuk dapat diserahkan kepada kami. Awalnya cukup sulit, namun setelah infrastruktur konservasi terbangun dan masyarakat melihat serta terlibat langsung dalam kegiatan konservasi, kesadaran mereka mulai tumbuh. Saat ini warga sangat antusias untuk bekerja sama bahkan bergabung dengan kelompok kami,” jelas Jumawan selaku Ketua Kelompok Konservasi Nagaraja.
Jumawan menambahkan bahwa ketika program ini berjalan, Pertamina selalu hadir dan berperan aktif untuk meningkatkan program konservasi ini. Mulai dari infrastruktur hingga strategi konservasi ke depannya.
“Sebelum adanya Pertamina masuk kesini, saya mengambil air laut, prosesnya hampir satu KM. Beban dari kelompok sangat berat, setelah datangnya Pertamina alhamdulillah lebih mudah dengan lokasi konservasi yang dekat dengan tepi pantai. Kami ucapkan terima kasih karena kegiatan kami sangat terbantu dari Pertamina” tambah Jumawan.
Sejak tahun 2019 hingga saat ini, total tukik yang telah dilepasliarkan oleh Pertamina dan Kelompok Nagaraja mencapai 444 tukik penyu lekang. Tahapan yang dilakukan meliputi evakuasi telur penyu yang mendarat di pinggir pantai, proses penetasan secara semi alami, kurang lebih 47 hari. Kemudian setelah menetas dan menjadi tukik kecil, dilakukan proses perawatan selama satu hingga tiga bulan sebelum akhirnya dilepasliarkan ke habitatnya.
“Program konservasi penyu ini merupakan bentuk komitmen Pertamina dalam pelestarian lingkungan di wilayah operasinya. Pertamina bukan hanya berperan dalam pengembangan infrastruktur konservasi, namun turut pula bersama Kelompok Nagaraja untuk membentuk program yang berkelanjutan. Bukan hanya melepasliarkan, tapi turut merancang system edukasi terkait kegiatan konservasi ini, kepada masyarakat sekitar pantai dan kepada pihak lainnya” tutup Unit Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho.