PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (“GMF”, Kode emiten: “GMFI”) membukukan pendapatan usaha sebesar USD 62,8 juta pada kuartal pertama tahun 2021. Nilai ini mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, dimana kinerja pada triwulan pertama tahun 2020 belum terdampak secara signifikan oleh pandemi COVID-19.
Pemulihan pada awal tahun 2021 juga kembali terhambat akibat terjadinya peningkatan penyebaran kasus COVID-19, baik di dalam maupun luar negeri, serta kembali diterapkannya beberapa kebijakan pembatasan. Hal senada juga dilaporkan oleh IATA, dimana pemulihan aktivitas penerbangan kembali terhambat imbas dari kebijakan pembatasan perjalanan dan progress vaksinasi yang belum merata.
Tren serupa juga dialami oleh customer afiliasi Perseroan, dimana blockhours dan frekuensi penerbangan kembali mengalami penurunan sejak Desember 2020. Kondisi tersebut turut berimbas pada penurunan jumlah event maintenance pada segmen bisnis inti Perseroan.
Menyikapi hal tersebut, GMF menjalankan sejumlah upaya penghematan dan peningkatan pendapatan guna menjaga kelangsungan usaha di tengah kondisi pasar yang masih dinamis. Seiring dengan penurunan aktivitas produksi dan inisiatif efisiensi yang secara agresif terus dijalankan, Perseroan berhasil memangkas beban usaha dari semula USD 139,7 juta pada Q1 2020 menjadi USD 67,7 juta pada Q1 2021, atau mengalami penurunan 52% secara year on year (YoY).
Direktur Utama GMF Andi Fahrurrozi menuturkan bahwa penurunan terbesar tampak pada beban subkontrak dan material yang dicapai melalui simplifikasi dan negosiasi dengan vendor, kerjasama pengadaan material dengan sejumlah customer, serta peningkatan kapabilitas in-house.
“GMF dapat menekan biaya subkontrak dan material secara optimal dengan mengurangi pengerjaan perawatan komponen oleh pihak ketiga, sekaligus memperoleh material secara lebih selektif, efektif, efisien, dan tetap comply terhadap aspek kualitas dan operasional,“ terang Andi.
Perbaikan kinerja keuangan tercermin dalam perolehan earning before interest, tax, depreciation, amortization (EBITDA) Perseroan yang meningkat secara signifikan dari tahun sebelumnya, berbalik dari EBITDA negatif senilai USD –28,2 juta pada Q1 2020 menjadi EBITDA positif senilai USD 2,6 juta pada Q1 2021.
Perolehan ini sejalan dengan fokus Perseroan dalam melakukan pembenahan secara bertahap dan komprehensif lewat strategi-strategi pemulihan berkelanjutan, termasuk diantaranya melalui manajemen arus kas dan likuiditas, penyediaan jasa perawatan terkait COVID-19 seperti desinfeksi dan prolong maintenance, serta penetrasi ke pasar yang tidak terdampak secara signifikan oleh pandemi seperti perawatan pesawat kargo dan passenger to freighter (preighter), pekerjaan redelivery ke lessor, perawatan pesawat private/business jets, industri pertahanan, dan perawatan industrial gas turbine engine. “Kami menargetkan EBITDA positif sebesar USD 4 juta bilamana kondisi penanganan COVID-19 di Indonesia terus membaik,” ungkap Andi.
Patuhi Regulasi dan Standar Akuntansi, GMF Lakukan Penyajian Kembali
Selain kinerja Q1 2021, paparan publik GMFI yang digelar pada 27 Agustus juga menyampaikan perihal penyajian kembali laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2019 dan 1 Januari 2019. Hal tersebut dilakukan menyusul adanya perbaikan atas pengakuan beban.
Dalam restatement laporan keuangan tersebut, ekuitas Perseroan pada 31 Desember 2019 disesuaikan menjadi USD 127.2 juta. Rugi bersih pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 juga mengalami penyesuaian menjadi USD 54 juta.
Menanggapi hal tersebut, Andi menuturkan bahwa penyajian kembali laporan keuangan merupakan bentuk kepatuhan atas regulasi dan standar akuntansi yang ada. Paparan publik juga diselenggarakan sebagai bentuk kepatuhan terhadap keterbukaan informasi publik, serta tanggung jawab Perseroan kepada publik dan pemegang saham.
“Dalam proses penyajian kembali laporan keuangan, GMF senantiasa berkoordinasi dengan OJK, auditor dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan kesesuaian aturan dan prinsip compliance,” tutup Andi. Sebagai langkah mitigasi, Perseroan juga telah bekerja sama dengan konsultan untuk melakukan perbaikan sistem, serta memperketat fungsi financial control