PT Pertamina (Persero) terus konsisten mendorong UMK binaannya secara berkelanjutan. Melalui Go Sustainable, Program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) telah membina lebih dari 65 ribu UMK di seluruh Indonesia. Dari puluhan ribu UMK tersebut, tak jarang yang menjalankan roda bisnisnya dengan sejumlah inovasi dan kreativitas. Hasilnya, usaha tersebut menjadi lebih berkembang dan menjadikannya sebagai UMK naik kelas.
Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan, melalui beberapa program pembinaan, Pertamina telah memberikan sejumlah taktik dan strategi bagi para UMK untuk mengembangkan bisnisnya. “Salah satunya yakni mendorong UMK untuk terus berinovasi dalam hal pembuatan produk hingga pemasarannya,” terang Fajriyah.
Salah satu UMK yang cukup inovatif dalam menjalankan bisnisnya adalah Laili Damayanti. Pemilik usaha Mantu Kurma Rasa ini mengawali bisnisnya dengan berbagai eksperimen dengan buah kurma. “Awalnya saya mencoba membuat kurma pedas, ternyata respons masyarakat cukup baik. Lalu saya memberanikan diri mengurus beberapa perizinan untuk mendukung usaha saya seperti PIRT, Halal, CV dll. Lalu juga menambah varian rasa seperti kurma jahe, kurma cokelat, kurma kopi dan cokelat kacang,” jelasnya. Katalog produknya bisa dilihat lewat media sosial @mantukurmarasa_pedas_kopi_jahe.
Berbeda lagi dengan Ni Made Roni. Pemilik usaha Karsa Abadi – Made Tea ini menciptakan teh botanikal infusion berbekal dari hobi travelingnya. “Setelah banyak berkunjung ke berbagai negara, pilihan teh terbatas pada green tea dan black tea. Kemudian berpikir untuk mengembangkan bahan lokal seperti serai, bunga gumitir, bunga kenop campur rempah untuk jadi teh,” jelasnya.
Niatnya pun semakin bulat ketika pada tahun 2015 Made pergi ke India untuk belajar membuat Proper Chai Tea. Kemudian tak lama dia memutuskan kembali ke Ubud, Bali untuk membuat brand Made Tea hingga saat ini. “Hingga saat ini sudah ada sekitar 18 racikan teh rempah kami dan sedang menyiapkan racikan baru, di mana sudah ada permintaan dari Eropa untuk produk baru ini,” tuturnya. Katalog produknya pun bisa dilihat lewat medsos @madeteas.
Lain lagi dengan Ririn Musti Wijayaningsih. Pemilik Ty’p Herbal Drink Papua ini berinovasi dengan produk herbal jamu. “Saya terinspirasi memproduksi jamu dengan kemasan yang praktis dan higienis serta memiliki cita rasa yang kekinian. Ada produk minuman rasa Beras Kencur Latte. Pilihan produk tersedia di medsos kami @catalog.typjamoe,” imbuhnya.
Setelah menemukan formula yang pas, bisnisnya pun mengalami kemajuan cukup pesat. Dalam sebulan, ia mampu memproduksi hingga 2 ribu botol jamu. Namun, jumlah itu naik sebesar 150 persen setelah dirinya menjadi mitra binaan Pertamina pada tahun 2020 lalu. Kini ia mampu memproduksi aneka minuman herbal hingga 5 ribu botol dalam sebulan.
Menurut Fajriyah, melalui Program PUMK, Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan. Serta berupaya terus mendorong setiap mitra binaan menjadi UMK naik kelas dan Go Global.
Pertamina juga senantiasa mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) khususnya di point 8 dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, memberikan kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh serta pekerjaan yang layak untuk semua dan terus mendorong implementasi program-program berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh wilayah operasionalnya. Hal ini merupakan bagian dari Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial (TJSL), demi mewujudkan manfaat ekonomi di masyarakat.