Standarisasi layanan menjadi salah satu fokus utama Pelindo bersatu secara jangka pendek setelah resmi merger pada Jumat (1/10/2021).
Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono menjelaskan selama jangka pendek, pasca merger, yang akan dilakukan adalah melakukan program standarisasi pelayanan, termasuk edukasi kepada pihak terkait soal penyeragaman tersebut. Langkah ini, kata Arif, juga sudah dimulai sebelum merger dengan transformasi pengelolaaan terminal.
“Ini [standarisasi] menjadi hal krusial. Selanjutnya adalah penataan organisasi baru. Karena orangnya masih sementara akkan dilakukan penyesuaian juga . Tepat atau nggaknya di posisi itu yang dilakukan dalam dua bulan sampai tiga bulan. Untuk memastikan orang-orang yang ditempatkan tepat pada posisinya,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (1/10/2021).
Untuk langkah go global, tekannya, masih mejadi tahapan yang paling akhir dan jangka panjang. Pihaknya lebih mengutamakan untuk mengatasi persoalan layanan domestik trrlebih dahulu sebelum berencana berekspansi ke pasar internasional.
“Pertama kita kan mau memperbaiki layanan dulu yang saat ini. kemudian kedua memasuki kegiatan pelabuhan non pelindo baru setelah itu go global,” imbuhnya.
Sementara itu, soal status anak usahanya yang merupakan perusahaan publik, seperti PT Jasa Armada Tbk. (IPCM) dan PT Indonesia Kemdaraan Terminal (IPCC), Arif menyebut mereka juga akan tetap sama seperti anak usaha lainnya tetapi dengan klaster yang berbeda sesuai jenis layanannya.
Pertanggungjawaban dilakukan kepada sub holding ssuai dengan klasternya. IPCM akan bertanggung jawab terhadap marine services sedangkan car handling berada di IPCC.
Adapun dari sisi indikator keuangan dengan dimulainya integrasi pada tahun ini dan mendatang adalah peningkatan pendapatan, laba bersih, keuntungan, serta dividen kepada negara dibandingkan dengan kinerja sebelum penggabungan. Sementara itu, lanjutnya, dari sisi non keuangan, akan diukur lewat peningkatan pergerakan dan volume dan konektivitas kepada ekosistem logistik.
Misalnya saja peningkatan jumlah pelabuhan yang terkoneksi dan standarisasi, produktivitas sandar kapal maupun volume peti kemas dan non peti kemas yang dilayani.
Secara timeline dari dokumen yang telah disusun, inbreng saham perusahaan anak dari Pelindo pasca merger ke sub holding dilaksanakan hingga memulai proses integrasi dan transformasi bisnis kepelabuhanan. Sehingga pada kuartal II/2022, Pelindo tinggal melanjutkan implementasi peta jalan transformasi pasca penggabungan.
Pengembangan Pelindo bersatu juga akan terbagi menjadi tiga tahapan.
Pada fase pertama, paparnya, yang dimulai pada 2021-2022 akan berfokus kepada penyelarasan bisnis pasca standarisasi dan integrasi operasi dan komersial. Arif berharap pada fase pertama ini tak ada gangguan operasi baik dari luar yakni pelayaran dan konsumen termasuk laporan konsolidasi.
Fase kedua, yakni pada 2023 – 2024 merupakan ekspansi bisnis lewat kemitraan. Menurutnya, hal ini bisa mulai dijalankan kalau sinergi dengan BUMN lainnya terkait dengan pelabuhan. Kolaborasi akan dilakukan dengan pelayaran domestik dan global untuk peningkatan konektivitas laut. Selain itu, pengembangan konektivitas dan ekosistem logistik melalui kerja sama dengan pelaku logistik darat.
“Terakhir adalah ekspansi regional dan internasional mulai 2025. Caranya dengan pemanfaatan teknologi digital dalam bisnis kepelabuhanan dan bisnis pendukungnya. Juga kerjasama dengan kawasan industri untuk peningkatan arus barang,” jelasnya
Sumber BIsnis, edit koranbumn