PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menargetkan penyaluran kredit akan tumbuh di kisaran 7 persen sampai 10 persen pada 2022.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan, proyeksi pertumbuhan penyaluran kredit itu lebih tinggi dari perkiraan di tahun ini yang berada di rentang 5-7 persen. Hal ini pun didorong keberhasilan upaya pemerintah menekan penularan pandemi Covid-19.
“Pertumbuhan kredit 2022 akan lebih tinggi dari tahun ini, tahun depan 7-10 persen antara lain didukung pada ekspansi debitur top tier korporasi dan kredit segmen menengah dan konsumer,” ujar Novita.
Novita juga optimis di tahun ini kinerja perseroan akan tetap tumbuh seiring dengan kondisi pandemi yang mereda dan angka vaksinasi masyarakat yang terus meningkat. Adapun sektor lainnya yang berpeluang meningkat yakni di industri pengolahan, pertanian, perkebunan dan industri perikanan.
“Progres vaksinasi meningkat, semua memberikan harapan dan keyakinan, ekonomi akan terus membaik,” katanya.
Sampai dengan kuartal ketiga tahun ini, perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 3,7 persen menjadi Rp570,64 triliun dari periode sama di tahun sebelumnya Rp550,07 triliun.
Pertumbuhan ini, kata Novita, masih sejalan dengan rerata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional di kisaran 2,2 persen pada September 2021.
Novita pun menjelaskan padakuartal III 2021 ini, BNI terus melanjutkan fokus untuk memperkuat permodalan sehingga BNI memiliki struktur modal yang kuat dalam mendukung ekspansi bisnis.
Pada bulan September 2021, BNI sukses menerbitkan U$600 juta perpetual bond dengan 2,7 kali oversubscribed (diatas jumlah yang ditawarkan) yang dapat dikategorikan sebagai tambahan modal inti utama bagi BNI.
“Penerbitan ini merupakan yang pertama dilakukan oleh perbankan di Indonesia. Dengan adanya penerbitan AT-1 ini, modal inti BNI naik 140 basis point sehingga rasio CAR dan Tier 1 BNI per September 2021 meningkat menjadi masing-masing 19,9 persen dan 17,8 persen, sudah mendekati rasio bank pesaing lainnya,” jelas Novita.
Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada menambahkan, BNI tetap fokus pada pengembangan bisnis korporasi dengan memberikan one stop wholesale banking solution bagi perusahaan-perusahaan top tier di bidang usahanya termasuk pembiayaan rantai pasok dan bisnis konsumer.
Langkah ini pun dinilai memperlihatkan hasil positif. Selama Kuartal III/2021, setidaknya 6 perusahaan top tier telah bergabung dalam ekosistem pembiayaan BNI.
“Salah satunya adalah produsen terbesar pada industri petrokimia terintegrasi di Indonesia, yaitu Chandra Asri,” ujar David.
David pun menyampaikan pertumbuhan di segmen korporasi BNI juga sudah mulai terlihat dimana pertumbuhan rasio dana murah terhadap pinjaman dan pertumbuhan fee based income terhadap total pendapatan dari segmen korporasi juga terus meningkat.
Hal ini sebagai hasil dari upaya BNI dalam peningkatan kapabilitas layanan investment banking. “Salah satunya yang terkini, BNI sudah dapat memberikan jasa konsultasi bagi perusahaan yang ingin mendapatkan tambahan modal dari penerbitan obligasi global bertipe Reg-S/144A (Regulation S dan Rule 144A securities),”jelas David.
Itupun merupakan global bond yang memungkinkan penerbitnya mendapatkan kemudahan, seperti bebas dari ketentuan terdaftar di Securities Act of 1933 dan dapat diperdagangkan di luar Amerika Serikat.
Adapun jumlah kredit yang diberikan secara konsolidasian mencapai Rp50,64 triliun atau tumbuh 3,16 persen secara ytd. Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) turun 1,60 persen secara ytd. Penurunan DPK terutama disumbang dari simpanan tabungan dan deposito masing-masing 10 persen dan 5,79 persen.
Total aset per September 2021 tercatat sebesar Rp919,45 triliun, atau naik 3.15 persen dari total aset akhir tahun lalu sebesar Rp 891,34 triliun. Adapun rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit/LDR) dari 83,11 persen menjadi 85,14 persen.
BNI juga mencatat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross mengalami kenaikan dari 3,56 persen menjadi 3,81 persen. Sedangkan, NPL net naik dari 0,53 persen menjadi 0,90 persen.
Sumber Bisnis, edit koranbumn