Melalui program-program manajemen karbon dalam operasional pertambangan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dapat melakukan efisiensi biaya mencapai lebih dari Rp 58 miliar per-tahun.
Setiadi Wicaksono, Head of Strategy & Corporate Development Bukit Asam, mengungkapkan saat ini PTBA tengah melakukan usaha manajemen karbon melalui sejumlah upaya, yakni reklamasi, dekarbonisasi operasional tambang, dan studi carbon capture, utiliziation, and storage (CCUS).
“Pada manajemen karbon, kami sudah melakukan pengurangan emisi, dari sisi operasional pertambangan. Ada dua program yang kami jalankan yakni Eco Mechanized Mining dan E-Mining Reporting System,” terangnya dalam webinar DETalk Outlook 2022: Masa Depan Industri Batubara Menuju Transisi Energi, Selasa (14/12).
Pada program Eco-Mechanized Mining, PTBA mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil menjadi elektrik. Selain dapat menurunkan emisi, upaya ini dapat menghemat konsumsi bahan bakar hingga 7 juta liter/tahun atau setara Rp 47,7 miliar/tahun.
Kemudian, E-mining Reporting System merupakan platform pelaporan (produksi OB dan coal) secara real time dan online melalui aplikasi CISEA yang mampu meminimalisasi monitoring konvensional dengan kendaraan sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan bakar hingga 1,2 juta liter per tahun atau efisiensi biaya mencapai Rp 10,78 miliar per tahun.
Selain pengurangan karbon dalam operasional tambang, Bukit Asam juga berniat menjajaki teknologi CCUS pada 2023-2024 mendatang. Dia berharap, ke depannya teknologi CCUS ini semakin matang sehingga dapat lebih kompetitif dari segi biaya dan hitung-hitungan komersialnya.
Sebagai informasi, saat ini PTBA memiliki sumber daya batu bara yang cukup signifikan yakni sebanyak 5,8 miliar ton dan cadangan 3,18 miliar ton.
“Terkait dengan transisi energi, bagaimana kami memonetisasi batu bara dalam jangka pandek karena isu lingkungan semakin mendesak industri batu bara, tentu ini harus dipikirkan bersama. Di harapkan cadangan batu bara Bukit Asam dan nasional bisa terserap dengan baik karena batu bara saat ini masih menjadi tulang punggung utama energi nasional,” jelasnya.
Menyikapi isu lingkungan saat ini, Setiadi memaparkan, Bukit Asam telah melakukan transformasi bisnis untuk mendukung target net zero emission (NZE) yang dicanangkan pemerintah pada 2060 mendatang. Pihaknya sudah memiliki arah baru bisnis yang dinamakan beyond coal.
Lebih lanjut, Setiadi menerangkan, saat ini PTBA tidak hanya melulu menjual batu bara, tetapi juga merambah ke bisnis energi dan hilirisasi terkait pembangkit listrik EBT dan coal to chemcial. Dengan ini, Bukit Asam dapat memberikan produk bernilai tambah bagi pemerintah dan masyarakat.
Sumber Kontan, edit koranbumn