PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) menyambut baik pengoperasian Pelabuhan Patimban. Adapun pelabuhan yang berlokasi di Subang, Jawa Barat itu sudah resmi melepas ekspor perdana pada Jum’at (17/12) pekan lalu.
Terdapat 1.209 kendaraan berbagai merek produksi di Indonesia, yang diangkut dalam ekspor perdana tersebut. Pengelolaan terminal kendaraan pun kini dilakukan oleh konsorsium PT Pelabuhan Patimban Indonesia (PPI), setelah sebelumnya dioperasikan sementara oleh Kementerian Perhubungan melalui penugasan Pelabuhan Indonesia (Pelindo).
Sekretaris Perusahaan IPCC Sofyan Gumelar optimistis kehadiran Pelabuhan Patimban bisa mendukung konektivitas dan membuat biaya logistik nasional semakin efisien. Hal itu sejalan dengan harapan Pemerintah untuk Pelabuhan Patimban sebagai Hub Baru sehingga dapat meningkatkan indeks logistik nasional. Kolaborasi dengan Pelabuhan Tanjung Priok pun nantinya diharapkan bisa meningkatkan daya saing di Asia Tenggara.
Di sisi lain, flow of cargo ke sejumlah wilayah akan lebih mudah dengan membagi antara Tanjung Priok dan Patimban. “Kami melihat, ke depannya justru kolaborasi itulah yang ingin dibangun agar dapat bersaing dengan Car Terminal di luar negeri dengan standardisasi internasional. IPCC melihat hal ini bisa sangat positif untuk menumbuh-kembangkan industri logistik sektor otomotif,” terang Sofyan
IPCC melihat Pelabuhan Patimban sebagai complimentary dari Car terminal yang ada di Indonesia untuk mewujudkan peningkatan ekspor. Jika sekilas melihat jumlah volume kendaraan, sambung Sofyan, maka akan terkesan ada pengurangan volume penanganan layanan car terminal di IPCC karena adanya perpindahan dari Tanjung Priok ke Patimban.
Namun, Sofyan menegaskan bahwa dengan proyeksi sektor otomotif akan semakin maju, ekonomi nasional dan global pun kian bertumbuh, maka kebutuhan kendaraan akan meningkat dari jumlah saat ini. Apalagi jika Pemerintah nantinya menggenjot produksi kendaraan tidak hanya untuk konsumsi domestik, namun juga untuk keperluan ekspor.
“Maka kedua Car Terminal ini dapat menjadi tempat penumpukan bagi para Car Maker. Baik IPCC maupun Patimban tidak dapat memaksakan kapasitas maksimumnya. Pasti akan terjadi sharing lahan penumpukan untuk dapat melayani produksi kendaraan tersebut,” jelas Sofyan.
Di tengah proyeksi kebutuhan ekspor yang meningkat, IPCC pun membuka peluang kerja sama dengan Pelabuhan Patimban. “Ke depan, tentu diharapkan dapat terjalin kerjasama maupun kolaborasi antara IPCC dengan Patimban untuk dapat melayani kebutuhan ekspor yang diharapkan dapat meningkat,” sambung Sofyan.
Adapun dari sisi kinerja, hingga Q3-2021, IPCC terus mencatatkan perbaikan. Sepanjang periode sembilan bulan, IPCC mengempit pendapatan sebesar Rp 347,77 miliar. Raihan itu di atas pencapaian di periode yang sama tahun lalu, bahkan hampir mendekati kembali pendapatan di periode Q3-2019 yang sebesar Rp 359,52 miliar.
Dengan raihan itu, diasumsikan per bulan rata-rata tercapai pendapatan sebesar Rp 38,64 miliiar sehingga proyeksi hingga akhir tahun akan mencapai Rp 463,69 miliar. Dari sisi bottom line, kinerja IPCC pada Q3-2021 mampu mengalami perbaikan dan turn around, dari rugi Rp 32,73 miliar pada tahun lalu menjadi laba Rp16,60 miliar di tahun ini.
“Dengan adanya pemulihan ekonomi Indonesia yang diikuti dengan pemulihan di industri otomotif, komoditas, hingga ritel dimana terjadi perbaikan daya beli masyarakat turut berimbas pada peningkatan kinerja IPCC,” pungkas Sofyan.
Sumber Kontan, edit koranbumn