Prospek pembiayaan ke sektor bisnis yang mengedepankan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (Environmental, social and corporate governance/ESG) tahun 2022 diproyeksi akan semakin terbuka. Perbankan siap meningkatkan pembiayaan di sektor ini.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, prospek cerah tersebut seiring dengan kebijakan pemerintah dan global yang mendukung energi bersih.
“Peluang terbesar akan ada di sektor energi terbarukan mulai dari hulu sampai hilir, sektor agriculture berkelanjutan, dan sektor properti karena semakin banyak menawarkan green building,” kata Trioksa
Namun, perbankan menurutnya perlu memperhatikan keberlanjutan dan permintaan dari proyek yang dibiayai untuk menjaga kualitas kreditnya ke depan. Sementara tantangan dalam pembiayaan sektor ini menurutnya adalah dukungan dari pemerintah untuk mempermudah pembiayaan dan menjamin risiko kreditnya.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) salah satu yang menyakini bahwa pembiayaan ESG akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran atas isu isu lingkungan, sosial dan tata kelola.
BRI berkomitmen meningkatkan pembiayaan di sektor ini karena bank punya peran penting dalam mendorong transformasi menuju ekonomi hijau. Namun, BRI melihat perlunya dukungan pemerintah maupun regulator untuk mendorong transformasi tersebut.
Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan setidaknya ada tiga dukungan yang dibutuhkan. Pertama, kebijakan yang mendukung kegiatan pendanaan ke sektor industri tertentu dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim, seperti sektor kelapa sawit, pulp & paper, dan batu bara.
Kedua, perlu ada kebijakan penurunan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk pendanaan ke sektor hijau. Ketiga, perlu ada insentif ke bank yang memberi pembiayaan ke sektor ini, seperti insentif subsidi bunga penyaluran kredit bagi nasabah yang memenuhi syarat dalam ruang lingkup ekonomi hijau, pinjaman dari BI dengan biaya yang lebih rendah, dan subsidi biaya-biaya yang terkait pembiayaan ke sektor hijau.
BCA juga memandang peluang untuk pembiayaan ke sektor ekonomi hijau masih banyak karena pemerintah memiliki kebijakan dalam mendukung tumbuh kembang ekonomi hijau.
Bank ini berkomitmen mendorong pembiyaan berkelanjutan. EVP Seretariat dan Komunikasi Perusaaan BCA Hera F. Haryn mengatakan, perseroan tidak membatasi pembiayaan ESG ke sektor industri tertentu.
BNI juga terus berkomitmen menerapkan keuangan berkelanjutan sebagai payung nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.
Mucharom Sekretaris Perusahaan BNI mengatakan, perseroan memiliki peluang meningkatkan pembiayaan yang memiliki aspek berdampak lingkungan tahun 2022. Perseroan menargetkan bisa jadi bank nasional dengan eksposure terbesar dari kredit sektor ESG yang berkelanjutan ke depan.
Untuk meningkatan pembiayaan ESG ini, BNI akan memperkuat disclosure kebijakan kredit pada sektor yang sensitive terhadap isu lingkungan seperti pertanian, penggunaan energi, kehutanan, pertambangan, minyak & gas, material dan transportasi. Lalu, perseroan juga akan meningkatkan UMKM go global lewat BNI Xpora.
BNI akan menyasar bisnis ramah lingkungan dengan memperhatikan penggunaan material, energi, air, penanganan emisi dan limbah serta sektor-sektor usaha yang mengedepankan ekonomi berkelanjutan.
Direktur Wholesales Banking PT Bank Permata Tbk Darwin Wibowo juga memperkirakan pembiayaan sektor ESG tahun depan cukup prospektif tahun depan. Namun, menurutnya sektor ini masih butuh waktu untuk tumbuh pesat.
Bank Permata akan aktif mencari peluang pembiayaan di sektor ini. Kendati begitu, perseroan tidak mematok target pembiayaan secara khusus. “Kita saat ini sudah membiayai beberapa proyek renewable energy walaupun skala masih belum besar. Semoga ke depan bisa kita tingkatkan.” pungkas Darwin.
Sumber Kontan, edit koranbumn