Fasilitas kredit perbankan yang belum di tarik (undisbursed loan) per Oktober 2018 mencapai Rp 1.565,93 triliun, naik 10,58% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp.1416,09 triliun.
Menjelang tutup tahun, angka tersebut diperkirakan menurun seiring makin banyaknya korporasi yang menarik kredit. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Boedi Armanto mengatakan, menjelang akhir tahun biasanya penarikan kredit mulai meningkat, baik untuk kebutuhan proyek maupun untuk kebutuhan pendanaan perusahaan.
“Angka itu pada akhir tahun bisa menurun, terutama untuk kebutuhan perusahaan, seperti bonus karyawan dan kebutuhan lain. Koporasi juga banyak yang tarik kredit pada akhir tahun, khususnya untuk penyelesaian proyek –proyek infrastruktur,” kata Boedi.
Sementara itu, pengamat ekonomi Eric Sugandi mengungkapkan, undisbursed loan bank secara nominal pada akhir tahun ini berpeluang meningkat.
“Undisbursed loan naik karena kebutuhan financing debitur, terutama investor sektor riil, tidak naik banyak. Mungkin ini karena pertumbuhan demand untuk produk produk mereka tidak terlalu kuat. Faktor lainnya juga karena tren suku bunga yang naik termasuk suku bunga kredit,”.
Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Panji Irawan memproyeksikan biaya kredit (cost of credit) hingga akhir tahun ini berada dikisaran 1,64-1,67%. Tahun depan, cost of credit juga bakal dijaga tetap stabil meskipun akan sedikit naik ke posisi 1,7%.
“ Tahun depan, biaya kredit kami proyeksikan sekitar 1,7%. Tahun ini ekspektasi kami sebetulnya dekat-dekat itu juga, sekitar 1,67% dan sebetulnya kami mau bawa turun sedikit menjadi 1,64%,” kata Panji Irawan.
Tahun depan perseroan hanya mengincar pertumbuhan kredit 11,5% atau lebih rendah dari tahun ini yang di patok 13%. Itu karena Bank Mandiri ingin mengamankan posisi likuiditas.
Sumber Bank Mandiri / edit koranbumn.com