Belum lama ini Bank Dunia memberikan prediksi perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode tahun 2021 hingga 2023. Pada 2021 secara full year, Bank Dunia memberikan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,7%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut dengan asumsi Indonesia tidak mengalami gelombang baru Covid-19 yang lebih parah.
Meski proyeksi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,4% dengan mempertimbangkan dampak dari penyebaran varian baru covid-19 jenis delta yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia namun, terlihat proyeksi pertumbuhan tersebut masih di angka positif yang menandakan pemulihan ekonomi Indonesia dapat terus terjadi.
Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 5,2% pada 2022 dan 5,1% pada 2023 dengan asumsi program vaksinasi terus berlanjut sehingga bisa mencapai tingkat vaksinasi sebesar 70% pada 2022.
Selain itu, proyeksi tersebut juga diasumsikan kebijakan moneter dan fiskal domestik akan tetap akomodatif serta pertumbuhan perdagangan global dan harga komoditas meningkat moderat di tengah pengetatan kondisi keuangan global. Dari sisi konsumsi masyarakat juga diperkirakan akan pulih lebih kuat karena tingkat vaksinasi sudah lebih luas dan imbas kebijakan akomodatif dari Pemerintah sehingga akan meningkatkan konsumsi dan permintaan masyarakat.
PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa layanan kepelabuhanan yang berada dalam mata rantai ekosistem logistik melihat adanya peluang di tengah meningkatnya konsumsi dan permintaan masyarakat. Secara umum dengan meningkatnya ekonomi, masyarakat akan meningkatkan permintaannya terhadap properti dan otomotif. Multiflyer effect dari peningkatan tersebut juga berdampak pada peningkatan kebutuhan akan bahan bakar dan sejumlah mineral logam sehingga memberikan dampak positif pada industri pertambangan. Tentunya dengan dampak-dampak positif tersebut juga dapat berimbas positif pada peningkatan layanan bongkar muat yang ada di Terminal IPCC.
IPCC sebagai operator dedicated car terminal tentunya menyiapkan fasilitas yang baik sehingga dapat melayani para pabrikan otomotif dengan optimal, mulai dari pemenuhan fasilitas dedicated area, aktivitas kendaraan yang di bawa masuk ke lapangan penumpukan, lalu dilakukan inspeksi, pengecekan, dan lainnya hingga dilakukan aktivitas pengapalan dan begitupun dengan sebaliknya.
IPCC memiliki sejumlah fasilitas, diantaranya Lapangan Penumpukan dengan luas kurang lebih 60ha, fasilitas gate, fasilitas pergudangan untuk inspeksi, dan sejumlah dermaga untuk sandar kapal RoRo pengangkut kargo kendaraan.
Rio T.N Lasse, Direktur Utama IPCC menyampaikan, “Dengan fasilitas infrastruktur dan suprastruktur yang mumpuni tersebut, IPCC siap menangkap peluang untuk meningkatkan kinerjanya di tahun ini. Terutama dengan meningkatnya industri manufaktur, industri otomotif, hingga industri komoditas (pertambangan dan perkebunan) yang dapat berimbas pada peningkatan layanan bongkar muat kendaraan di Terminal IPCC. Sejumlah pengembangan sedang dilakukan oleh IPCC, diantaranya perluasan lahan di area eks-DKP di daerah Tanjung Priok berbatasan dengan lahan penumpukan seluas 1,89 ha; lalu, kerjasama pengoperasian pelabuhan lain yang masih dalam Pelindo Group di luar Terminal yang telah dioperasikan oleh IPCC (Terminal Tanjung Priok, Jakarta; Terminal Panjang, Lampung; Terminal Dwikora, Pontianak; dan MKO MTKI Gresik) antara lain, Terminal Belawan, Medan yang mulai dikerjasama-operasionalkan pada awal Januari tahun ini, berikutnya penjajakan dengan Terminal di Surabaya, Makasar, Balikpapan, dan lainnya yang dapat dijadikan hub Terminal Kendaraan. Berikutnya, pendekatan dengan sejumlah Automaker untuk tidak hanya terlayani dari sisi layanan penumpukan namun, juga dapat dilayani layanan bongkar muat oleh IPCC. Lalu, juga pengembangan digitalisasi IT sehingga terkoneksi sistem antara IPCC melalui Autogate System hingga billing system dan payment gateway; sistem para pabrikan otomotif; hingga sistem di kepabeanan untuk keperluan administrasi pelaporan”.
“Untuk pengembangan lainnya dapat berupa layanan beyond terminal atau beyond the gate yang merupakan rencana bisnis IPCC sebagai bagian dari value added services dimana IPCC dapat memberikan layanan tambahan di luar Terminal IPCC atau remote area. Termasuk juga layanan distribusi kendaraan antar wilayah maupun antar pulau dengan kerjasama dengan sejumlah Pelabuhan (connectivity in distribution). Layanan kendaraan tersebut dapat berupa layanan kendaraan baru maupun kendaraan bekas yang memiliki potential market cukup besar di Indonesia. Untuk itu, IPCC melakukan pemeliharaan dan peningkatan kapasitas, fasilitas, dan peralatan terminal berbasiskan planning and control serta peningkatan pelayanan terminal melalui perbaikan fasilitas dermaga dan lapangan. Hal ini termasuk pemeliharaan sistem dan jaringan untuk membantu operasional hingga keuangan. Semuanya masuk dalam pipeline, Integrasi; Ekspansi, Digitalisasi; dan Koordinasi”, tambah Rio.
Terkait kinerja keuangan, di sepanjang periode 9M21, kinerja IPCC mampu mengalami turn around tercatat untung Rp16,60 miliar dari tahun sebelumnya tercatat rugi Rp32,73 miliar. Adapun pendapatan hingga akhir 9M21, tercapai sebesar Rp347,77 miliar di atas pencapaian di periode yang sama di tahun lalu dan bahkan hampir mendekati pencapaian pendapatan di periode 9M19 sebesar Rp359,52 miliar sehingga sampai akhir tahun 2021 diperkirakan pendapatan akan mencapai Rp463,69 miliar atau lebih tinggi dari pencapaian pada FY20 senilai Rp356,53 miliar. Sementara itu, dari perolehan laba diharapkan dapat tercapai di atas Rp20 miliaran sehingga angka profit margin bisa lebih tinggi dari 2020. Namun demikian, sementara ini ditargetkan untuk pertumbuhan pendapatan 2021 dikisaran konservatif, 10% hingga 12% terhadap 2020 atau di kisaran Rp392,18 miliar – Rp399,32 miliar.
Di tahun Macan Air ini melihat pemulihan industri dan juga daya beli masyarakat serta kondisi makroekonomi Indonesia yang kian membaik dan dibarengi dengan semakin berkurangnya imbas penyebaran covid-19 serta kondisi makroekonomi global yang juga kian pulih maka dapat berimbas positif pada industri otomotif beserta rantai pasoknya. Dengan demikian, diharapkan berimbas positif juga pada kinerja IPCC. Diharapkan bisa bertumbuh pada kisaran (minimal) 12% hingga 15% YoY baik pendapatan maupun laba. Pun diharapkan dapat melampaui target tersebut.