Beberapa BUMN telah bergerak melakukan transformasi dalam menghadapi era disrupsi. Salah satunya adalah Kimia Farma, yang melakukan transformasi meliputi tiga area, yakni model business, operational process, dan customer experience.
Menurut Honesti Basyir, Direktur Utama Kimia Farma, pihaknya akan bergerak ke model bisnis platform untuk menyatukan ekosistem farmasi yang terdiri dari manufaktur, distribusi, apotek, laboratorium diagnostik, perbankan, asuransi, BPJS dan konsumen.
Digitalisasi yang diterapkan adalah smart stock, menjamin ketersediaan obat di outlet Kimia Farma di seluruh Indonesia. Dengan smart stock, data persediaan obat di tidak lagi dicek secara manual. Sistem akan memonitor jumlah persediaan dan jumlah obat yang tersebar di seluruh apotek Kimia Farma di seluruh Indonesia. Jadi, pendistribusian obat akan efektif dan efisien sesuai dengan demand. Tidak terjadi penumpukan obat sampai kadaluarsa dan kekurangan persediaan obat.
Selain itu, ada pula program rujuk balik yang merupakan pelayanan kesehatan bagi penderita penyakit kronis, di fasilitas kesehata dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan yang dilaksansakan di faskes tingkat pertama atas rekomendasi atau rujukan dokter spesialis yang merawat.
“Keuntungan smart stock adalah meningkatkan buying commitment dengan adanya pembuatan komitmen, performance monitoring, commitment watchlist dan supporting document. Centrilized purchasing meminimalisir perbedaan kompensasi dan benefit dalam pembelian obat langsung ke distributor. Dengan pembelian terpusat, pembelian dari outlet lebih terkontrol. Sistem secara otomatis akan menginformasikan jika barang/obat sudah berkurang atau habis jadi bagian pengadaan langsung mengorder obat melalui aplikasi, memantau proses pembelian hingga penerimaan obat di outlet,” ungkapnya.
Manfaat rujuk balik bagi peserta BPJS adalah meningkatkan kemudahan akses dan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Juga meningkatkan hubungan dokter dan pasien dalam konteks hubungan yang holistik. Dalam data app terdapat buku kontrol berisi medical record pasien yang ada dalam pegangan pasien yang bisa dibawa ke manapun pasien berobat di klinik Kimia Farma seluruh Indonesia.
Resep elektronik dan jaminan ketersediaan obat; integrasi klinik, digitalisasi Kimia Farma mempermudah pasien dengan adanya integrasi klinik pasien klinik Kimia Farma A dapat memeriksakan diri ke Kimia Farma B, karena pasien memiliki id yang sama dan terintegrasi antar klinik. Semua data klien sudah tersimpan dalam database. Ini tak hanya memudahkan pemeriksaan, tapi juga penulisan resep dan pembelin obat.
Terkait operational process transformation, Kimia Farma juga menerapkan lean warehouse management untuk menghindari pemborosan dan meningkatkan nilai tambah produk. Ada monitory invetory oleh pusat ke seluruh outlet, hingga proses pengadaan dan engembalian barang Ada sistem track and trace; sistem terintegras antara Kimia Farma dan BPOM dalam mengendalikan SCM. Masyarakat bisa aktif berpartisipsi mengecek keaslian obat.
“Transformsi digital dalam model bisnis dan operasional Kimia Farma ditujukan untuk memberikan kemudahan konsumen,” tuturnya.
Omnichannel mempermudah konsumen berinteraksi dengan Kimia Farma melalui berbagai channel yang telah disediakan, misalnya pembelian obat online, contact center, aplikasi, maupun e-commerce lain. Selain itu, riwayat kesehatan yang didapat pasien dari klinik otomatis akan terekam dalam electronic health record yang bisa diakses konsumen di manapun kapanpun.
Honesti menambahkan, “Kami juga memberikan layanan homecare; dengan app, pasien dan klinik bisa berinteraksi langsung mengatur jadwal kunjungan dokter ke pasien, kontrol kesehatan, reminder Konsumen obat, hingga monitoring kesehatan yang detail (jadwal olahraga, diet).”
Sumber KimiaFarma/swa
Edit koranbumn.com