Harga batu bara global masih bertengger di atas US$400 per ton. Hal ini pun membawa keuntungan pada emiten batu bara, termasuk PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin mengatakan posisi harga batu bara saat ini sangat mendukung bisnis emiten dengan kode saham PTBA tersebut. Dengan demikian, perseoran memutuskan untuk menambah target ekspor menjadi 35 juta ton pada 2022.
“Ini akan kita manfaatkan, ini juga in line dengan target RKAB kami ke depan di mana seluruh komponen termasuk produksi angkutan dan penjualan juga mengalami kenaikan. Pada 2021 sendiri naik 21 persen kalau bisa dimanfaatkan dengan sangat baik hal-hal tersebut akan mendukung bisnis PTBA,” jelasnya dalam konferensi pers, Senin (7/3/2022).
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menjelaskan, untuk kegiatan ekspor untuk batu bara di dalam RKAB PTBA tahun ini tetap di kisaran 43 persen.
“Kita sudah mendapat persetujuan bahwa kewajiban kita minimum 25 persen harus memenuhi kebutuhan dalam negeri DMO terutama pada PLN. Jadi kami ini dari PTBA akan mengikuti aturan-aturan di RKAB yang sudha kami tetapkan,” katanya.
Arsal mengatakan, PTBA sebagai BUMN tidak hanya ingin mengejar keuntungan karena harus memenuhi kebutuhan dalam negeri kepada PLN. Pasar domestik juga akan terus menjadi prioritas perseroan tahun ini.
“Kalau tahun kemarin dalam negeri 57 persen, ekspor 43 persen. Mungkin tahun ini kebijakannya hampir sama, di dalam negeri tetap kami utamakan karena kami tidak mau ada gejolak di dalam negeri,” jelasnya.
Tahun ini memang dengan adanya konflik Ukraina-Rusia membuat harga batu bara menjadi naik dan diakuinya PTBA tidak memperhitungkan adanya perang sehingga harga naik masih relatif dari sekitar 10-24 persen.
Namun, ada faktor lain yang menyebabkan kenaikannya jauh. PTBA berkomitmen menjaga kebutuhan dalam negeri tapi peluang di ekspor juga tetap dimanfaatkan dengan terukur.
Direktur Pengembangan Usaha Rafli Yandra menambahkan untuk strategi ekspor meskipun mirip dengan tahun lalu, kuantitas akan bertambah totalnya sebesar 35 juta ton.
Sumber Bisnis, edit koranbumn