PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sebesar 12%-15% secara Year on Year (YoY) di tahun 2022. Untuk itu perseroan tengah menyiapkan sejumlah strategi bisnisnya.
Investor Relation Indonesia Terminal Kendaraan (IPCC) Reza Priyambada berharap pemulihan industri dan juga daya beli semakin membaik di 2022 sehingga dengan asumsi kondisi makroekonomi Indonesia kian membaik yang maka dapat berimbas positif pada industri otomotif beserta rantai pasoknya.
“Dengan demikian, hal itu juga dapat berimbas positif pada kinerja IPCC yang kita harapkan bisa bertumbuh kisaran 12% hingga 15% YoY baik pendapatan maupun laba. Target itu di kisaran Rp 392,18 miliar – Rp 399,32 miliar,” jelas dia .
Adapun di tahun ini, IPCC juga melakukan strategi bisnis diantaranya dari sisi pelayanan, sejumlah pabrikan otomotif telah menjalin kerjasama dengan IPCC terutama dalam penanganan kargo kendaraan, baik CBU, Alat Berat, maupun general cargo.
“Kita sebut saja, Toyota, Mitsubishi, Suzuki, hingga Hyundai telah terlayani di Terminal IPCC. Begitupun dengan Alat Berat maupun Truck seperti Hino, Komatsu, Kobelco, Volvo, Isuzu, dan lainnya. Kami terbuka untuk dapat bekerja sama dengan pihak automaker dalam penanganan kargo kendaraannya di Terminal IPCC,” katanya.
Sementara jika di lihat dari segmen di Terminal IPCC maka segmen CBU masih memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kinerja keuangan IPCC.
Dia memproyeksikan kontribusi dari segmen CBU akan mencapai sekitar 60% hingga 70%. Sisanya 20% hingga 25% adalah kontribusi pendapatan dari Alat Berat (termasuk Truck/Bus) dan sisanya dari spareparts Alat Berat maupun General Cargo.
Sementara dari sisi kendaraan, IPCC juga bersinergi dengan menjalin kerjasama Terminal di sejumlah wilayah. Terutama dengan pelabuhan yang sebelumnya milik Pelindo 1, 3, dan 4. “Dengan adanya penggabungan antar Pelindo maka terbuka kerjasama dengan sejumlah Pelabuhan tersebut. Terutama di Pelabuhan yang telah melayani kapal RoRo / kapal angkut kendaraan,” tambah dia.
Sedangkan mengenai anggaran belanja modal (capex) untuk tahun ini, IPCC masih melakukan kalkulasi kembali. Dia bilang, perhitungan ini terkait pemetaan kembali bisnis usaha yang saling terintegrasi dan dampak terhadap kegiatan terminal kendaraan yang dilakukan IPCC pasca penggabungan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di tahun lalu.
Sebagai informasi, hingga akhir Desember 2021, berdasarkan data yang ada, belanja modal telah terserap Rp 32,96 miliar. Dari jumlah tersebut, lebih banyak untuk kegiatan yang mendukung operasional terutama di lapangan Terminal. “Penyerapan Capex tersebut telah mencapai 75,66% dari total rencana Capex sebesar total Rp 43,57 miliar di tahun 2021,” ungkapnya.
Jika nantinya, IPCC telah diberikan mandat dan kepercayaan untuk melayani operator Terminal Kendaraan di seluruh wilayah Indonesia yang masuk dalam area wilayah Pelindo. Sehingga nantinya tentu diperlukan Capex yang lebih tinggi untuk persiapan infrastruktur pendukung baik dari sisi Gate, Lapangan Penumpukan, hingga digitalisasi office yang saling terhubung antara operasional IPCC, Car Maker, Bea Cukai, maupun Keuangan IPCC.
“Tentunya kami harapkan penggunaan Capex yang efisien, efektif, dan tepat guna sehingga dapat berimbas langsung pada peningkatan kegiatan operasional yang mendukung kinerja fundamental Perseroan,” harapnya.
Sebagai gambaran, hingga kuartal III-2021 kinerja IPCC mengalami perbaikan di mana sebelumnya mencatatkan kerugian Rp 32,73 miliar menjadi tercatat untung Rp 16,60 miliar di tahun 2021.
Dari sisi pendapatan, hingga akhir kuartal III-2021, pendapatan yang dikantongi sebesar Rp 347,77 miliar. Dengan pencapaian tersebut, diasumsikan per bulan rata-rata tercapai pendapatan sebesar Rp 38,64 miliar sehingga diasumsikan hingga akhir tahun 2021 akan bernilai Rp 463,69 miliar.
Sumber Kontan, edit koranbumn