Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih mencetak surplus pada bulan Februari 2022. Bahkan, surplus neraca dagang tersebut berpotensi meningkat dibanding bulan sebelumnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, surplus neraca perdagangan pada bulan laporan capai US$ 3,29 miliar. Jumlah ini naik dari surplus Januari 2022 yang sebesar US$ 930 juta.
Faisal menambahkan, surplus neraca perdagangan juga diperkuat dengan peningkatan harga komoditas utama dunia yang mulai melonjak akibat ekskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina.
Faisal memerinci, nilai ekspor pada bulan Februari 2022 diperkirakan sebesar US$ 21,84 miliar atau meningkat 13,98% mom atau bila dibandingkan dengan Februari 2021 meningkat 43,09% yoy.
Selain karena peningkatan ekspor batubara dan peningkatan harga komoditas, peringatan ekspor juga didorong oleh meningkatnya permintaan dari China seiring dengan kinerja PMI Manufaktur negara tirai bambu yang kembali ke zona ekspansi dan peningkatan Baltic Dry Index.
Sedangkan dari sisi impor, diperkirakan impor tercatat US$ 18,52 miliar atau naik 1,59% mom dan secara tahunan naik 39,74% yoy.
Impor masih meningkat karena pembatasan aktivitas karena peningkatan kasus harian Covid-19 varian Omicron hanya sedikit menurunkan aktivitas publik. Kinerja manufaktur juga berada dalam fase ekspansi meski terpantau ada penurunan.
Selain itu, ada kenaikan harga minyak pada bulan Februari 2022 yang juga mendorong kinerja impor dari sisi minyak dan gas (migas).
Ke depan, Faisal memperkirakan surplus neraca perdagangan barang akan mulai menurun pada tahun 2022 karena impor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan akselerasi pemulihan ekonomi domestik.
Akan tetapi, surplus diperkirakan masih bertahan sampai batas tertentu karena peningkatan konflik antara Ukraina dan Rusia memperpanjang tren kenaikan harga komoditas yang tentu saja bisa menjadi peluang manis bagi prospek ekspor Indonesia.
Sumber Kontan, edit koranbumn