Bursa Efek Indonesia mengonfirmasi salah satu usaha BUMN kini berada dalam pipeline IPO.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan ada salah satu anak usaha BUMN yang akan segera tercatat di pasar modal.
“Berdasarkan catatan kami, terdapat anak perusahaan BUMN yang berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia,” katanya Selasa (29/3/2022).Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan ada salah satu anak usaha BUMN yang akan segera tercatat di pasar modal.
Meski demikian, Nyoman tidak ingin membeberkan nama calon emiten tersebut. Adapun, cucu usaha BUMN yang terakhir kali tercatat adalah anak usaha Adhi Karya, PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP) yang resmi melantai di bursa pada hari ini, Rabu (23/2/2022).
Melalui penawaran perdana tersebut, ADCP meraup dana segar sebesar Rp228,8 miliar. Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan Human Capital ADCP, Mochamad Yusuf menyampaikan alokasi penggunaan dana hasil IPO perusahaan akan mengembangkan proyek-proyek eksisting di 12 proyek yang berjalan.
“Pertama adalah kita kembangkan landed house kami di Adhi City Sentul,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo menuturkan Kementerian BUMN tengah menyiapkan upaya meningkatkan bisnis dua entitas anak usaha BUMN melalui IPO.
Kedua entitas tersebut yakni anak usaha PLN dan Pertamina yakni PT Pertamina Geothermal Energy dan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) yakni PT Sigma Tata Sadaya (STS).
“Guna melanjutkan komitmen BUMN terkait ESG, terdapat tiga kunci utama, yakni pertama, pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik, kedua, integrasi geothermal di bawah Pertamina dan PLN yang diharapkan dapat IPO segera,” urainya Rabu (9/2/2022).
Kementerian BUMN menargetkan dapat melakukan penawaran umum perdana saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada semester I/2022. Dengan rincian jadwal Maret 2022 registrasi dan Juni 2022 sudah melantai di bursa.
Target dana yang ingin dicapai antara US$400–500 juta atau setara Rp5,72 triliun–Rp7,15 triliun (kurs Rp14.300).
Dana yang dikumpulkan akan dipakai untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dari geothermal dengan meningkatkan kapasitas dari 672 megawatt (MW) pada 2020 menjadi 1.128 MW selama 4 tahun ke depan.
Adapun, IPO data center Telkom bakal dilakukan paling cepat tahun depan dengan tujuan pengembangan lini bisnis platform digital Telkom.
“Digital platform yang kami ingin scale up, saat ini kami tengah mengintegrasikan data center di bawah Telkom dan diharapkan dapat dibawa IPO di tahun depan,” kata Tiko.
Sumber Bisnis, edit koranbumn