PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengungkap bahwa pembengkakan biaya atau cost overrun dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mencapai US$1,675 miliar atau sekitar Rp24 triliun. Sumber pendanaan lain untuk mendanai pembengkakan biaya tersebut sangat dibutuhkan.
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet mengatakan biaya bengkak sebesar Rp24 triliun tersebut akan terus dikaji sebelum nantinya akan dinegosiasikan kembali oleh kedua pihak pemilik saham PT KCIC, yakni BUMN Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China Beijing Yawan HSR Co.Ltd.
Menurut Dwiyana, apabila nantinya angka pasti cost overrun telah ditentukan, maka bisa jadi sumber pembiayaan lain akan diperlukan selain dari dua pemilik saham. Dia mengungkap pembiayaan bisa juga dilakukan dengan mengajukan kredit lagi kepada China Development Bank, yang sebelumnya sudah ikut mendanai megaproyek tersebut.
“Kalau sesuai dengan shareholders agreement, memang kalau ada biaya yang bertambah dari initial budget itu jadi tanggung jawab shareholder PSBI dan Beijing Yawan. Setelah melihat kalkulasi besaran biaya tambahannya , itu mungkin melihat bahwa perlunya dilibatkan pihak lain untuk mendapatkan sumber pendanaan bisa dilakukan juga. Mungkin kita bisa sampaikan lagi ke CDB untuk jadi lender terkait dengan adanya penambahan biaya,” kata Dwiyana, dikutip Kamis (14/4/2022).
Terkait dengan porsi pembiayaan dari CDB, nantinya akan dibahas oleh para pemilik saham. Kendati demikian, Dwiyana mengungkap bisa jadi pembiayaan cost overrun oleh CDB mirip dengan porsi pembiayaan proyek sebesar 75 persen-25 persen.
Untuk diketahui, porsi pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yakni 75 persen dari nilai proyek dibiayai oleh CDB dan 25 persen oleh pemilik saham. Dari 25 persen tersebut, 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas.
Adapun, cost overrun yang dikaji oleh PT KCIC sebelumnya lebih tinggi, Sebelum ditentukan sebesar US$1,675 miliar, Dwiyana mengungkap cost overrun sempat sebesar US$2,6 miliar sampai dengan US$2,8 miliar.
Di samping itu, pengkajian cost overrun juga dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan hasilnya telah diberikan kepada Kementerian BUMN untuk selanjutnya dilaporkan kepada Komite Kereta Cepat.
Berdasarkan catatan Bisnis, biaya awal pembangunan Kereta Cepat ini sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,5 triliun.
Saat ini, progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung secara keseluruhan sudah mencapai 80,31 persen. Targetnya, operasional kereta cepat bisa tepat waktu yakni pada Juni 2023.
Sumber Bisnis, edit koranbumn