Direktur Utama PT Bio Farma Persero Honesti Basyir mengatakan Indonesia perlu memperkuat industri kimia dasar bahan baku obat. Hal ini diperlukan untuk membangun sistem ketahanan kesehatan di Indonesia.
“Riset masih menjadi tantangan utama, tidak hanya masalah teknologi, investasi dan sumber daya manusia (SDM) juga. Ini harus ada kolaborasi dengan pemerintah,” kata Honesti Basyir yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin (6/6/2022).
Ia mengatakan hal paling rumit di sektor pengembangan bahan baku obat dalam negeri berada di industri kimia dasar sebagai sektor hulu farmasi. “Di Indonesia, industri kimia dasar tidak ada yang sanggup membuat bahan baku yang farma grade (memenuhi kriteria bahan baku obat),” katanya.
Salah satu contohnya adalah produk petrokimia Pertamina yaitu Benzene dan Propylene untuk dikembangkan dan diproduksi menjadi Para Amino Fenol (PAF) sebagai bahan baku farmasi, salah satunya produk Paracetamol. Menurut Honesti industri petrokimia di Indonesia belum punya kemampuan produksi zat kimia dasar untuk bahan baku obat sebab memerlukan investasi yang besar.
“Kami tidak mungkin bikin itu sendirian, itu harus dari kimia dasarnya. Yang kita bikin kan active pharmaceutical ingredient (API),” katanya.
API yang dimaksud adalah zat aktif yang telah memenuhi kriteria sebagai bahan baku obat karena terbukti memiliki aktivitas atau efek farmakologis terhadap tubuh manusia dalam komponen sediaan obat. Honesti mengatakan diperlukan regulasi pemerintah yang mengatur tentang ketersediaan zat kimia dasar bahan baku obat dalam negeri, salah satunya melalui insentif dalam kegiatan riset.
Selain itu, perlu didorong komitmen bersama industri farmasi nasional untuk membeli bahan baku obat yang diproduksi di dalam negeri. “Kalau tidak ada komitmen dari pemerintah, industri akan lebih senang impor. Bio Farma investasi, tapi industrinya tidak mau menyerap,” katanya.
Untuk saat ini, kata Honesti, bahan baku obat impor dari sejumlah negara maju seperti China dan India jauh lebih murah daripada mengandalkan investasi industri farmasi dalam negeri. “Untuk itu diperlukan komitmen pembelian. Skala itu bisa naik dan kita bisa bersaing secara harga,” katanya.
Sumber Antara Republika, Edit koranbumn