LRT Jabodebek merupakan salah satu proyek ADHI yang memiliki banyak tantangan selama proses pembangunannya. Tantangan pertama, pada proyek ini, ADHI ditantang merencanakan pembangunan sepanjang 44,3 km dengan tiga fase engineering meliputi fase basic engineering design & detail engineering design, fase procurement dan fase konstruksi yang dikerjakan secara paralel dalam jangka waktu 3 tahun. Padahal, dalam sequencing project atau perhitungan proyek, fase desain sendiri harusnya dilakukan beberapa tahun sebelum fase procurement dan konstruksi.
Tantangan kedua adalah menentukan batas-batas ketinggian (clearance). Jakarta memiliki banyak bangunan tinggi atau bangunan dengan kebutuhan udara khusus seperti Bandara Halim Perdana Kusuma, belum lagi saluran udara tegangan tinggi hingga jalan layang eksisting. Ini tentu memerlukan analisa jarak yang tepat untuk bersinggungan dengan alignment LRT Jabodebek. Tantangan ketiga adalah kordinasi dengan proyek lain apabila bersinggungan. Salah satunya persinggungan yang terjadi, ialah antara proyek LRT Jabodebek dengan Kereta Api Cepat dan tol Japek Elevated.
Tak berhenti, tantangan keempat adalah waktu kerja yang terbatas yaitu hanya 6 jam, yang menyebabkan pengerjaan erection girder hanya bisa dilakukan pada pukul 23.00-05.00 WIB. Selain itu, tantang terakhir adalah permasalahan lahan yang juga rumit. Alotnya kesepakatan terkait lahan akan mengganggu pekerjaan apabila prosesnya memakan waktu yang lama.
Dari kelima tantangan di atas, financial closed juga menjadi salah satu tantangan bagi ADHI. Metode pembiayaan yang semula melalui APBN, kemudian direvisi melalui investasi PT KAI sesuai dengan Perubahan Peraturan Presiden No. 49 tahun 2017. Meski begitu, ADHI tetap berkomitmen dan yakin akan kelancaran pembangunan LRT Jabodebek.
Sumber ADHI / edit koranbumn