PT Pupuk Kujang Cikampek mendorong kesejahteraan petani melalui program pendampingan, termasuk memberikan pelatihan dan pengembangan produknya.
Para petani nanas di Kabupaten Subang sebagian telah merasakan keuntungan setelah menjadi binaan perusahaan BUMN itu. Apalagi, setelah ada pendampingan dari tim riset produsen pupuk itu terjadi perubahan mindset mengenai tata cara bertani nanas mereka.
Direktur Utama PT Pupuk Kujang Maryadi menuturkan saat ini pihaknya mendorong para petani nanas di Subang untuk mengembangkan produknya, di antaranya mengolah daun nanas menjadi serat kain.
Menurutnya, produksi kain tersebut menjadi langkah awal bagi petani nanas Subang untuk memperkaya khazanah produk olahan nanas.
“Kita telah membantu menyiapkan rumah produksi untuk mengolah daun nanas jadi serat kain. Lokasinya, di Desa Sarireja, Kecamatan Jalancagak,” ujar Maryadi belum lama ini.
Dia berpendapat, dengan adanya rumah produksi kain ini para petani di Sarireja tidak hanya bertani nanas dan membuat makanan olahan, namun juga bisa membuat kain dari daun nanas yang awalnya hanya menjadi limbah. Sehingga, ini bisa menjadi tambahan penghasilan mereka.
“Kami berharap, pendampingan yang kami berikan kepada mitra binaan bisa menghasilkan banyak produk turunan yang bermanfaat muntuk masyarakat. Semoga inovasi ini terus berkembang,” jelas dia.
Dia menjelaskan, pembuatan rumah produksi kain tersebut merupakan bentuk dukungan perusahaannya terhadap kemajuan mitra binaan. Ia pun meyakini, rumah produksi serat kain nanas ini akan mendatangkan efek positif bagi masyarakat Sarireja, umunya warga Kabupaten Subang.
Dalam hal ini, Maryadi menuturkan, ada tiga faktor yang melatarbelakangi inovasi pemanfaatan limbah daun nanas menjadi kain tersebut. Pertama, karena adanya potensi limbah daun nanas cukup banyak yang belum termanfaatkan. Selain itu potensi permintaan produk jadi dari kain nanas seperti tas, souvenir juga cukup menjanjikan.
“Sejauh ini, Pupuk Kujang juga berupaya memberdayakan kelompok rentan di Desa Sarireja hingga memiliki keterampilan dan penghasilan,” katanya.
Adapun produk serat kain dari limbah daun nanas tersebut, didorong dapat menjadi produk jadi berupa tas, batik subang, selendang, ikat kepala dan beragam produk kriya atau souvenir lainnya.
“Di rumah produksi ini, kami juga menyiapkan mesin decorticator atau penggiling daun nanas hingga menjadi serat kain. Kemudian, ada tiga unit alat tenun tradisional dan pelatihan rutin membuat kain melengkapi bantuan perusahaan,” tambah dia.
Sumber Bisnis, edit koranbumn