PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menyatakan siap apabila relaksasi kebijakan restrukturisasi kredit terdampak pandemi Covid-19 tidak diperpanjang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Maret 2023.
Keyakinan emiten bersandi saham BMRI itu lantaran perseroan telah melakukan analisa dan penyisihan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) setiap bulan untuk kredit restrukturisasi Covid-19 yang kemungkinan akan sulit untuk bangkit.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menyatakan setiap bulannya, perseroan telah melakukan penyisihan CKPN secara bertahap, sejak pertengahan tahun 2020 sampai dengan sekarang.
“Kami sudah siap [apabila kebijakan restrukturisasi tidak diperpanjang] dan tidak akan terjadi cliff effect, karena CKPN yang diperlukan sudah kami bentuk setiap bulan,” kata Siddik dalam paparan kinerja secara daring, Kamis (28/7/2022).
Selain itu, Siddik mengatakan perseroan juga terus melakukan validasi terhadap jumlah pencadangan seiring dengan perkembangan makro ekonomi di Indonesia maupun global.
Hingga Juni 2022, portofolio restrukturisasi Bank Mandiri untuk debitur-debitur yang terdampak Covid-19 kini berada di level Rp75,5 triliun secara konsolidasi atau secara bank only tersisa Rp58,2 triliun. Angka tersebut telah turun dari posisi Juni 2021 yang berada di Rp121,1 triliun.
Dia menjelaskan penurunan kredit restrukturisasi perseroan didorong oleh pelunasan, pembayaran cicilan dari para debitur, aktivitas para debitur yang sudah kembali normal, serta program restrukturisasi yang sudah selesai.
“Kami terus akan melakukan upaya untuk mengurangi balance dari remaining portofolio restrukturisasi kredit tersebut sampai dengan akhir tahun dan tahun depan,” sambungnya.
Secara terperinci, sektor terbesar restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 antara lain jasa penunjang transportasi sebesar Rp7,5 triliun, energi dan air Rp6,4 triliun, serta hotel, restoran, dan akomodasi sebesar Rp6 triliun. Diikuti dengan konsumsi KPR sebesar Rp 6 triliun dan properti investasi senilai Rp4,3 triliun.
Siddik berharap sampai dengan tahun depan jumlah portofolio restrukturisasi kredit tersebut akan terus menurun. Adapun dari sisi risiko kredit atau loan at risk (LAR) perseroan, termasuk portofolio restrukturisasi Covid-19, telah turun 607 bps yoy menjadi 15,12 persen dari total portofolio Bank Mandiri.
“Kami proyeksikan di akhir tahun [LAR] akan terus turun menjadi 14 sampai 15 persen. Secara summary conclusion, kami sudah siap apabila kebijakan restrukturisasi Covid-19 dari OJK tidak diperpanjang di Maret tahun depan,” tandasnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn