PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) tercatat meningkatkan penyaluran kredit ke sektor pertambangan sepanjang April – Juni 2022.
Pada kuartal II/2022, BNI mencatatkan penyaluran kredit ke sektor pertambangan sebesar Rp24,6 triliun atau tumbuh 32,9 persen secara year-on-year (yoy). Jika dibandingkan secara kuartalan, realisasi tersebut tumbuh 61,6 persen berbanding kuartal I/2022.
Berdasarkan data presentasi perseroan, dikutip Senin (8/8/2022), pertumbuhan kredit sektor itu menjadi yang tertinggi di segmen business banking. Kenaikan ini melampaui pertumbuhan kredit di sektor manufaktur (17,7 persen yoy), serta perdagangan, restoran, dan hotel (15,6 persen yoy).
Secara keseluruhan, realisasi kredit di segmen business banking per akhir Juni 2022 mencapai Rp512,3 triliun atau tumbuh 7,7 persen yoy. Dengan demikian, kredit ke sektor pertambangan dari BNI berkontribusi sebesar 4,8 persen dari total kredit di segmen tersebut.
Penyaluran kredit di segmen business banking BNI pada semester I/2022 masih ditopang oleh sektor manufaktur senilai Rp129,8 triliun, diikuti sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar Rp110,3 triliun, serta sektor agrikultur yang mencapai Rp59,5 triliun.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, dalam paparan kinerja perseroan beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa penyaluran kredit di segmen korporasi masih menjadi motor akselerasi dari kinerja kredit perseroan.
Sebagai catatan, pada semester I/2022, BNI menyalurkan total kredit sebesar Rp620,42 triliun atau naik 8,9 persen dibandingkan semester I/2021 yang membukukan kredit Rp569,73 triliun.
“Sektor ekonomi yang dibidik di segmen business banking adalah sektor manufaktur, perdagangan, pertanian, transportasi dan pergudangan, serta telekomunikasi. BNI juga masuk pada sektor ekonomi hijau seperti energi baru dan terbarukan,” kata Novita.
Terkait pembiayaan hijau, emiten bank bersandi saham BBNI ini tercatat menyalurkan green financing senilai Rp176,6 triliun sampai dengan akhir Juni 2022. Jumlah tersebut berkontribusi mencapai 28,6 persen dari total kredit BNI.
Pembiayaan hijau BBNI sejauh ini diberikan untuk kebutuhan pembangunan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM senilai Rp117,9 triliun. Selebihnya digunakan untuk kebutuhan pembangunan ekosistem lingkungan hijau Rp16,1 triliun, energi baru terbarukan (EBT) Rp12 triliun, pengelolaan polusi Rp7,2 triliun, serta pengelolaan air dan limbah Rp23,4 triliun.
Dari sisi kredit konsumer, Novita mengatakan bahwa BNI mencetak kinerja positif di bisnis kredit payroll dengan pertumbuhan 19,6 persen yoy menjadi Rp39,1 triliun dan kredit pemilikan rumah (KPR) yang naik 7,6 persen yoy menjadi Rp 51,2 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn