Pelita Air Services yang telah melayani penerbangan kelas medium memperkirakan bisnis aviasi makin atraktif dengan maraknya kehadiran maskapai baru.
Direktur Utama Pelita Air Services Dendy Kurniawan menuturkan pasar penerbangan Indonesia memang menggiurkan berkat populasi penduduk yang bertambah dan kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan yang masih mengandalkan transportasi udara.
“Saat ini kompetisi di sektor penerbangan justru jadi lebih sehat dengan banyak masuknya para maskapai baru. Biar nanti masyarakat bisa lebih memilih sesuai preferensinya,” ujarnya, Jumat (21/10/2022).
Calon penumpang, kata Dendy, kini bisa memilih maskapai memulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal atau premium. Semua segmen tersebut memiliki pasarnya tersendiri.
Meskipun, kata dia, memang pasar terbesar di segmen penerbangan bertarif murah (low cost carrier/LCC), tetapi harga bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi minat bepergian masyarakat.
Senada, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan pasar penerbangan di Indonesia nantinya akan terbagi menjadi tiga. Pemerintah telah menyiapkan tiga maskapai di masing-masing segmen pasar, yakni Garuda Indonesia di segmen layanan penuh (full service airlines), Pelita Air di medium service, dan Citilink di segmen LCC atau no frills.
“Jadi kalau masyarakat mau pilih yang paling mahal bisa Garuda. Garuda akan tetap di paling atas, kalau Citilink ini pasarnya lebih tinggi dari Lion Air. Di tengah-tengah ada Pelita Air yang bersaing dengan Batik Air,” imbuhnya.
Saat ini, kondisi penerbangan di Indonesia juga masih terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan. Pasca pandemi, tingkat permintaan justru pulih lebih cepat dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Hal ini justru menjadi kesempatan bagaimana maskapai bisa mengembalikan kapasitasnya seperti sebelum pandemi.
Menurut Dendy memang ada maskapai yang bisa mengatasi kinerja keuangannya saat ini, tetapi maskapai juga masih mengantre di bengkel pesawat. Berdasarkan data Angkasa Pura II (AP II) menunjukkan tingkat pemulihan sudah mencapai 80 persen di Bandara Soekarno Hatta.
Rencananya sampai akhir tahun ini maskapai pelat merah tersebut menambah hingga sebanyak 5 pesawat. Alhasil, jika ditambah dengan 3 pesawat yang telah tiba pada tahun ini, total kepemilikan pesawat PAS menjadi sebanyak 8 pesawat. Kemudian pada tahun depan dan berikutnya bisa berekspansi menambah hingga 10 pesawat per tahun.
“Kami lagi upayakan tambahan pesawat karena kami ingin mendapatkan harga sewa dan konfigurasi terbaik. Nggak mau terlalu buru-buru juga,” jelasnya.
Pelita Air hanya akan mengoperasikan satu tipe pesawat yakni A320 supaya bisa beroperasi secara efisien dibandingkan dengan rekan maskapai pelat merah sebelumnya yang memiliki berbagai tipe jenis pesawat tetapi justru menimbulkan kerugian operasi.
Dia menegaskan tidak akan membuka rute internasional kecuali untuk pasar haji dan umrah dan hanya akan fokus kepada rute domestik. Setelah membuka rute ke Bali dan Yogyakarta, Pelita juga akan membuka rute ke kota besar lainnya, yakni Surabaya, Balikpapan, Pekan baru, dan lainnya.
Perseroan juga tengah menyiapkan diri sebagai maskapai yang bisa melayani penerbangan umrah dan haji pada tahun depan dengan mempertimbangkan ceruk pasar yang potensial. Pasar jemaah umrah dan haji memang besar dan menjadi salah satu yang dilirik oleh maskapai.
Sejumlah faktor yang mendorong Pelita untuk melayani penerbangan ini karena pergerakan rute internasional yang meningkat seiring dengan dibukanya pembatasan perjalanan di sejumlah negara serta jumlah penduduk muslim di Indonesia yang merupakan terbanyak di dunia.
Dia melihat selalu adanya antrean masyarakat baik yang naik haji dan umrah sebagai salah satu yang potensial digarap.
“Berapapun kapasitas yang disediakan untuk umrah pasti kurang. Itu segmen yang akan kami garap tahun depan,” ujarnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn