PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT PLN (Persero) belum menemukan kesepakatan terkait harga akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan belum ada kesepakatan antara kedua belah pihak sebab proses akuisisi baru Principal Framework Agreement (PFA). Hal itu, lanjutnya, merupakan komitmen bersama yang memberi ruang untuk mencapai kesepakatan terbaik yang memberi nilai maksimal bagi kedua belah pihak.
“Kerja sama ini menguntungkan semua pihak, baik PLN maupun PTBA,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Senin (24/10/2022).
Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN akan melakukan proses due dilligence (uji tuntas) untuk progam early retirement PLTU tersebut.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie mengatakan Bukit Asam akan melakukan proses due diligence secara komprehensif, di antaranya untuk menentukan nilai kewajaran dan dampak terhadap transaksi. Hal tersebut meliputi aspek keuangan, operasional, dan hukum, termasuk pengukuran atas transaksi afiliasi, benturan kepentingan, dan materialitas.
“Mengingat hal tersebut masih dalam proses, maka perseroan belum dapat mengungkapkan lebih lanjut dan akan mengungkapkannya apabila sudah terdapat hasil due diligence, dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal,” ucap Apollonius.
Sebelumnya, kedua BUMN itu menandatangani principal framework agreement (PFA) untuk percepatan pensiun dini PLTU Pelabuhan Ratu berkapasitas 3×350 megawatt (MW) pada acara SOE International Conference di Bali, Selasa (18/10/2022). PFA tersebut memuat persyaratan dan penjelasan terkait rencana struktur transaksi PLTU Pelabuhan Ratu antara PLN dan PTBA.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN Hartanto Wibowo mengatakan, penandatanganan tersebut merupakan implementasi salah satu skema pensiun dini PLTU milik PLN, yakni spin-off dengan blended financing.
“Kami hari ini menandatangani PFA dengan PTBA untuk spin-off with blended financing. Kunci sukses skema ini adalah tingkat suku bunga pinjaman. Semakin rendah tingkat bunga pinjaman, makin cepat PLTU dipensiunkan sambil mencapai pengembalian yang acceptable bagi investor,” ujar Hartanto.
Langkah tersebut merupakan upaya PLN untuk menjalankan program percepatan pensiun dini PLTU dalam mendukung pencapaian target net zero emission pada 2060.
Hartanto menuturkan, PLN berpeluang untuk memensiunkan 6,7 gigawatt (GW) PLTU sampai dengan 2040. Jumlah tersebut terdiri atas 3,2 GW merupakan pembangkit yang pensiun secara alami dan 3,5 GW pembangkit yang memenuhi syarat untuk pensiun dini.
Sumber Bisnis, edit koranbumn