PT BNI Life Insurance optimistis penempatan investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) akan tetap mengalami pertumbuhan pada tahun depan, meski perekonomian disebut akan gelap alias kemungkinan terjadi resesi global pada 2023.
Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan bahwa penempatan investasi di SBN akan bertumbuh seiring dengan tingginya imbal hasil SBN.
“Penempatan investasi pada SBN akan tetap bertumbuh seiring dengan makin tingginya imbal hasil SBN. Dibandingkan obligasi korporasi dan saham, instrumen SBN dipandang jauh lebih aman dan lebih likuid dalam situasi resesi,” kata Eben kepada Bisnis, Minggu (23/10/2022).
Adapun, hingga kuartal III/2022, Eben mengatakan BNI Life terus meningkatkan penempatan investasi pada SBN dan mengurangi porsi alokasi kelas aset lainnya.
“Dari total bond [baik langsung atau lewat reksa dana] untuk portofolio non-link sekitar 70 persen SBN, sisanya corporate bond,” tuturnya.
Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), portofolio investasi asuransi jiwa di SBN terus mengalami tren kenaikan dari tahun ke tahun. Pada semester I/2022, investasi tersebut mencapai Rp122,46 triliun. Secara tahunan (year-on-year/yoy), nilai itu tumbuh 27,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp95,71 triliun.
Terkait pertumbuhan tersebut, Eben menuturkan jika dibandingkan dengan kondisi tahun lalu, tingkat imbal hasil SBN mengalami kenaikan signifikan, sehingga spread antara SBN dan obligasi korporasi telah mengecil secara drastis.
“Hal ini yang mendorong perusahaan asuransi jiwa untuk menempatkan portofolionya di SBN dibandingkan obligasi korporasi,” ucapnya.
Di samping itu, kata Eben, faktor lainnya yang membuat tingginya penempatan investasi asuransi jiwa di SBN adalah rendahnya tingkat imbal hasil deposito. Diikuti dengan tingginya volatilitas saham yang disebabkan naiknya inflasi, risiko resesi, perang Rusia-Ukraina, dan ketegangan geopolitik yang menyebabkan instrumen saham menjadi kurang menarik.
“Kami melihat tingkat imbal hasil SBN akan mengalami kenaikan secara bertahap dan akan menjadi instrumen yang semakin menarik untuk industri asuransi jiwa, mengingat industri ini dituntut untuk matching dengan liability yang umumnya jangka panjang,” tutupnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn