PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp13,7 triliun pada kuartal III/2022, naik 76,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan laba tersebut disokong oleh pendapatan bunga senilai Rp39,3 triliun, naik 4,65 persen yoy. Pada periode yang sama beban bunga tumbuh 2,8 persen yoy menjadi Rp9,1 triliun. Alhasil pendapatan bunga bersih bank pelat merah ini naik 5,22 persen yoy menjadi Rp30,2 triliun.
Penyokong lain pertumbuhan laba perusahaan juga terlihat pada pendapatan operasional lainnya. Per September 2022, penerimaan kembali aset yang telah dihapusbukukan melonjak 72,5 persen yoy menjadi Rp2,8 triliun. Capaian ini membawa bank mengantongi pendapatan operasional lainnya Rp13,9 triliun, naik 16,9 persen yoy.
Pada kuartal III/2022, BBNI juga menurunkan pencadangan seiring dengan turunnya rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL). Pembentukan pencadangan kerugian penurunan nilai bank ditekan menjadi Rp8,9 triliun, turun 35,3 persen yoy. Dengan demikian laba operasional bank menjadi Rp16,9 triliun, meroket 73,4 persen yoy.
Sementara itu rasio NPL gross bank turun dari 3,81 persen menjadi 3,04 persen. Rasio NPL net turun dari 0,9 persen menjadi 0,57 persen.
Dalam konferensi pers paparan kinerja, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan bahwa perolehan laba bersih ini tetap dapat diraih meski perseroan menjalankan fungsi intermediasi secara selektif. Hasilnya, penyaluran kredit perseroan terkerek 9,1 persen yoy menjadi Rp622,61 triliun.
Royke mengatakan penyaluran kredit berfokus pada segmen berisiko rendah, dan debitur top tier di setiap sektor industri yang prospektif. Diharapkan eksposur kredit berkualitas tinggi ini berdampak pada kualitas kredit BNI dalam jangka panjang.
“Sebagai penopang pertumbuhan kredit, perseroan mengandalkan pendanaan terutama dari current account savings account [CASA/dana murah] yaitu tabungan dan giro,” ujar Royke dalam konferensi pers secara virtual, Senin (24/10/2022).
Sumber Bisnis, edit koranbumn