Unit Usaha Syariah (UUS) milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BTN (BBTN), yakni BTN Syariah membukukan laba bersih senilai Rp253,27 miliar hingga kuartal III/2022. Capaian ini melonjak 66 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Capaian positif tersebut didukung dengan pertumbuhan bisnis yang stabil. Pembiayaan syariah, misalnya, tumbuh 11 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp30,35 triliun. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp31,05 triliun, naik 11,2 persen yoy.
Sebagaimana diketahui, BTN Syariah akan dilego ke PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). Manajemen Bank BTN dalam kesempatan sebelumnya menjelaskan bahwa proses akuisisi tersebut sedang memasuki tahap due diligence.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan bahwa pengambilalihan BTN Syariah oleh BSI akan mengurangi aset BTN. Namun, dia meyakini hal tersebut tidak akan mengganggu kinerja bisnis perseroan ke depan.
“Tentu aset [BTN] berkurang, tetapi apakah kinerjanya terpengaruh? Ya, tidak karena selama ini sudah jalan masing-masing, jadi tidak ada masalah.,” ujarnya di Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Haru juga menyatakan bahwa pelepasan BTN Syariah ke BSI merupakan wujud kepatuhan perseroan terhadap undang-undang. Seperti yang diketahui, Kewajiban spin off UUS diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Melalui aturan tersebut, bank yang memiliki UUS wajib melakukan pemisahan maksimal 15 tahun sejak undang-undang tersebut diterbitkan atau paling lama pada tahun depan.
Di sisi lain, sampai dengan kuartal III/2022, emiten bank berkode saham BBTN ini mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp2,28 triliun atau meningkat 50,11 persen secara tahunan.
Haru mengatakan kenaikan laba bersih ditopang oleh inisiatif strategi yang telah dijalankan oleh perseroan, salah satunya menjaga struktur biaya dana atau cost of fund (CoF).
Hasilnya, CoF dari emiten bank bersandi BBTN ini turun dari level 3,28 persen menuju 2,36 persen pada akhir September 2022. Hal ini pun mendorong margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) meningkat secara tahunan atau dari 3,52 persen ke level 4,5 persen.
Selain itu, kredit yang disalurkan BTN juga mengalami peningkatan. Per akhir September 2022, kredit perseroan mencapai Rp289,6 triliun atau meningkat 7,18 persen yoy. Penyaluran kredit perumahan masih mendominasi total kredit perseroan.
Penyaluran kredit perumahan yang disalurkan BBTN tercatat mencapai Rp256,48 triliun hingga akhir September 2022. Dari jumlah tersebut, KPR subsidi mendominasi dengan nilai Rp140,97 triliun atau bertumbuh 8,46 persen secara tahunan.
Adapun, KPR non-subsidi bertumbuh sebesar 6,4 persen menjadi Rp87,11 triliun pada kuartal III/2022. Kenaikan kredit berdampak langsung pada pendapatan bunga bersih (NII) yang meningkat 31,84 persen yoy menjadi Rp11,54 triliun.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), BBTN membukukan Rp312,84 triliun atau naik 7,41 persen secara tahunan. Peningkatan diikuti oleh perolehan dana murah (current account saving account/CASA) yang naik 18,7 persen menjadi Rp120,96 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn