PT PLN (Persero) terus menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mengakselerasi transisi energi hijau guna mencapai target Net Zero Emisi (NZE) pada 2060 salah satunya strategi pembiayaan.
Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly mengatakan untuk menuju target net zero emisi ini dibutuhkan investasi yang tidak sedikit yakni sekitar lebih dari US$700 miliar. Untuk itu, mulai sekarang PLN telah menyiapkan berbagai langkah untuk mendapatkan dana investasi dari pinjaman.
“PLN mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan untuk mengamankan keberlanjutan pembiayaan program transisi energi. Namun, kebutuhan anggarannya memang cukup besar, sehingga PLN tetap memerlukan dukungan tambahan,” katanya dalam siaran pers, Selasa (8/11/2022).
Die menjelaskan salah satu yang dilakukan PLN untuk mendapatkan green financing adalah dengan menerbitkan dokumen Pernyataan Kehendak atas Kerangka Kerja Pembiayaan Berkelanjutan (Statement of Intent on the Sustainable Financing Framework).
“Melalui skema Energy Transition Mechanism (ETM), PLN bersama pemerintah Indonesia menawarkan skema investasi yang inklusif untuk mencapai target dekarbonisasi,” katanya.
Selain itu, lanjut Sinthya, PLN juga telah mendapatkan dukungan finansial sebesar US$500 juta dari perbankan internasional dengan mendapatkan jaminan dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) yang merupakan anggota dari grup Bank Dunia.
PLN juga memperoleh pembiayaan dari program Sustainable and Reliable Energy Access Program dari Asian Development Bank (ADB) sebesar US$600 juta, serta mendapatkan dana pinjaman sebesar US$610 juta dari World Bank untuk proyek pumped storage PLTA sebesar 1.040 MW. Proyek ini merupakan pilot project PLN dalam pengembangan PLTA pumped storage di Indonesia.
“PLN juga telah menyelesaikan kerangka keuangan hijaunya untuk fasilitas green loan sebesar US$750 juta dengan beberapa bank internasional, dan berikutnya, PLN akan menyusun ESG Framework dan ESG Linked Financing,” imbuhnya.
Sinthya menjelaskan terdapat tiga fase dalam peta jalan besar menuju net zero emisi, di antaranya fase jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Untuk jangka pendek pada periode 2021-2030, PLN tidak lagi membangun pembangkit batu bara baru untuk menghasilkan listrik.
Jangka menengah, pada periode 2031-2060, PLN melakukan beberapa langkah seperti menyiapkan penyimpanan baterai untuk menunjang pembangkit yang lebih ramah lingkungan.
“Namun begitu juga diperlukan early retirement PLTU sebagai upaya mengakselerasi penurunan emisi melalui kerangka kebijakan yang mengatur early retirement PLTU, jaminan ketahanan energi, dan diberlakukannya mekanisme perdagangan karbon atau pasar karbon,” jelasnya.
Sementara untuk jangka panjang, PLN membangun teknologi dan ekosistem untuk mendukung energi bersih seperti penggunaan kendaraan listrik, atau penyediaan sertifikat energi terbarukan atau Renewable Energy Certificate.
“Dari aspek tersebut, kami juga mengembangkan ekosistem serta membangun kemampuan baru dan mendukung teknologi,” imbuhnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn