Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) bersinergi dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) untuk mendukung pengembangan produk dan perluasan pangsa pasar teh dalam negeri. Adapun sinergi ini dilakukan melalui kerja sama antar anak perusahaan, yakni PTPN IV, yang akan mengakuisisi perkebunan teh milik PT Mitra Kerinci, sebagai anak perusahaan Rajawali Nusantara Indonesia.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan langkah tersebut dilakukan untuk mendukung pengembangan produk dan perluasan pangsa pasar teh dalam negeri.
“Penandatanganan perjanjian jual beli aset bersyarat ini merupakan bagian dari rencana integrasi BUMN Perkebunan dan Pangan guna pemenuhan ketahanan pangan nasional, salah satunya untuk meningkatkan produksi teh nasional,” ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (18/11/2022).
Menurutnya setelah penandatangan perjanjian jual beli aset bersyarat ini, baik management PTPN IV maupun Mitra Kerinci, harus tetap berkomitmen untuk menyelesaikan seluruh kondisi prasyarat sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan target timeline.
“Termasuk persetujuan pemegang saham, penggunaan anggaran dan penyelesaian proses balik nama serta perpanjangan HGU. Transaksi ini dilandasi semangat kekeluargaan, sehingga prosesnya relatif dapat diselesaikan lebih smooth,” ucapnya.
Sementara itu Direktur Utama Rajawali Nusantara Indonesia Frans M Tambunan menambahkan hal ini sebagai bagian dari sinergi dengan BUMN perkebunan dalam menciptakan ekosistem teh dengan mengangkat kembali budaya teh Indonesia. Jika di hulu perkebunan teh Kerinci nanti akan dikelola PTPN, maka peran ID FOOD di hilir akan dioptimalkan dalam pendistribusian dan penetrasi pasarnya.
Frans menilai, komoditas teh memiliki peluang ekspor yang cukup besar. Maka itu, sinergi dengan PTPN juga diharapkan dapat meningkatkan minat konsumsi teh ke negara-negara Anggota G20 maupun negara berkembang lainnya.
Hal ini, lanjutnya, karena sepanjang tahun 2022 terdapat minat ekspor teh Kerinci ke sejumlah negara tujuan, seperti Taiwan, Jerman dan Malaysia dengan produk black tea dan special tea. “Termasuk minat konsumsi lokal, seperti produk green tea menjadi favorit konsumsi lokal di Indonesia,” ucapnya.
Adapun rencana akuisisi Mitra Kerinci oleh PTPN IV mendapat sambutan baik dari Kementerian BUMN, melalui Asisten Deputi Bidang Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN Rachman Ferry Isfianto. Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo dalam agenda B20, kata Ferry, guna menyikapi tantangan ekonomi dunia yang masih belum cukup stabil, perlu ada grand strategy agar dapat menghadapi kondisi tersebut.
“Hal ini juga sejalan dengan apa yang telah kita mulai di Kementerian BUMN melalui hilirisasi industri, pengembangan energi hijau (green industry), dan digitalisasi,” ucapnya.
Meski komoditas teh tidak berdampak signifikan bagi perusahaan, mengingat kontribusi pendapatannya tidak cukup besar, tetapi Ferry meyakini upaya-upaya perbaikan dan inisiatif ini dapat mendorong kinerja bisnis teh PTPN Group, memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara, serta menjadikan produk teh nasional lebih dikenal secara global.
“Ini baru langkah awal dan ada beberapa tahap lagi yang harus kita lalui, kami memberikan apresiasi atas upaya baik yang telah dilakukan PTPN Group, Mitra Kerinci, dan RNI untuk melaksanakan penandatangan perjanjian jual beli aset bersyarat ini,” ucapnya.
Asisten Deputi Bidang Industri Pangan dan Pupuk Kementerian BUMN, Zuryati Simbolon menambahkan rencana akuisisi tersebut merupakan salah satu wujud sinergi antar BUMN guna mengoptimalkan setiap lini usaha perusahaan. “Untuk lebih kuat dan fokus pada core business, maka Mitra Kerinci diserahkan kepada yang lebih ahli, yakni PTPN,” ucapnya.
PT Mitra Kerinci merupakan Anak Perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia yang sudah berdiri sejak 1990 di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Selain memiliki kebun dengan izin Hak Guna Usaha seluas 2.025 hektare, perusahaan ini juga mengelola pabrik, menjalankan budidaya, produksi dan penjualan produk teh Green Tea Grade, Black Tea Leafy Grade, dan Black Tea Broken Grade dengan merek Liki Tea di setiap produknya.
PT Mitra Kerinci memiliki kapasitas produksi 2.000 ton black tea kering per tahun dan 2.200 ton green tea kering per tahun. Kebun Liki Tea juga dimanfaatkan sebagai agrowisata. Selain itu, lima titik air terjun yang ada di lokasi tersebut juga potensial dimanfaatkan pengembangan pembangkit listrik.
Sumber Republika, edit koranbumn