Holding BUMN Danareksa bersiap mengeksekusi sejumlah rencana transformasi perusahaan pelat merah pada 2023. Berbekal sejumlah strategi, beberapa klaster bisnis BUMN diharapkan memiliki performa bisnis yang lebih baik dan berkontribusi lebih besar pada pendapatan negara.
Plt. Direktur Utama PT Danareksa (Persero) R. Muhammad Irwan mengatakan Danareksa akan memulai realisasi program Indonesia Water Fund (IWF) tahun ini. Inisiasi yang bertujuan menghadirkan sambungan air ke berbagai wilayah di Indonesia itu memiliki target pengelolaan dana sebesar US$1 miliar atau setara Rp15 triliun.
IWF bakal berjalan melalui kolaborasi klaster pengelola air yakni Perum Jasa Tirta I dan Perum Jasa Tirta II, serta PT Nindya Karya dan PT Indra Karya (Persero) yang bergerak di bidang konstruksi dan infrastruktur.
“Pada tahun ini kami akan fokus dalam proses eksekusi. Kami akan memastikan setiap pengerjaan proyek SPAM [sistem penyediaan air minum] baru maupun SPAM existing melalui IWF sudah melalui pengecekan oleh tim kami secara ketat dengan teknologi tinggi, bahkan sejak awal proyek dijalankan,” kata Irwan
Proses transformasi juga akan mulai direalisasikan untuk kawasan industri, seiring dengan rampungnya penyusunan peta jalan. Irwan mengatakan Danareksa akan fokus pada standardisasi pelayanan dan pembentukan kawasan industri. Kawasan industri yang awalnya hanya fokus pada penyewaan lahan akan berkembang dengan optimalisasi bisnis pendukung.
Sejauh ini, kawasan industri yang berada dalam kelolaan Danareksa telah menerapkan sistem pengelolaan limbah untuk menghadirkan kawasan hijau. Seturut dengan hal itu, pergudangan ekspor modern terbesar PT Kawasan Berikat Nasional (KBN) telah terbentuk.
Peran Danareksa sebagai spesialis transformasi juga akan diwujudkan melalui rencana kerja dalam peningkatan nilai dan ekosistem BUMN. Melalui Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Danareksa akan melakukan restrukturisasi menyeluruh pada BUMN titip kelola.
Restrukturisasi bakal mencakup bidang sumber daya manusia (SDM), operasi, keuangan, hukum, hingga kebijakan. Perbaikan-perbaikan tersebut bertujuan memperkuat keberlanjutan model bisnis BUMN titip kelola.
“Misalnya dengan merger, transformasi, menggandeng investor strategis, atau likuidasi,” tambah Irwan.
Dia tidak memerinci BUMN mana saja yang berada dalam radar bantuan restrukturisasi oleh PPA. Meski demikian, salah satu proyek yang berjalan adalah revitalisasi Lokananta yang merupakan aset milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI).
Klaster jasa konsultasi tak luput dari perhatian rencana kerja Danareksa. Irwan mengatakan selama ini BUMN jasa konsultasi konstruksi sangat bergantung dengan proyek berbasis anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Hal itu membuat margin laba bersih cenderung rendah karena proses tender acap kali diwarnai perang harga yang kompetitif.
“Akibatnya pengembangan skala bisnis menjadi terbatas,” kata Irwan.
Oleh karena itu, BUMN konsultasi konstruksi akan memperluas pasar dengan menawarkan jasa ke proyek non-APBN berbasis industri. Salah satu contohnya adalah jasa konsultasi di industri mineral dan tambang serta minyak dan gas.
Perluasan cakupan operasional diharapkan meningkatkan skala bisnis yang dikelola. Irwan mengharapkan strategi tersebut bisa mendorong kinerja perusahaan dengan aset dan skala bisnis yang signifikan.
“Dengan demikian perusahaan bisa berkontribusi positif terhadap postur APBN,” ujarnya.
Menteri BUMN Erick Thohir belum lama ini mengemukakan bahwa mayoritas BUMN telah berada pada fase pengembangan dan meninggalkan fase penyehatan. Kondisi ini memungkinkan BUMN untuk berinvestasi karena utang dan pengeluaran cenderung lebih terkendali
Sampai dengan kuartal III/2022, BUMN mencatat pertumbuhan pendapatan usaha mencapai 29,6 persen secara tahunan sehingga menjadi Rp2.091 triliun. Sementara itu laba bersih melesat 154,1 persen ke Rp155 triliun per September 2022.
Kontribusi BUMN melalui pajak, dividen, dan PNBP naik Rp68 miliar menjadi Rp1.198 dalam kurun 2020—2022, dibandingkan dengan Rp1.130 triliun pada periode 2017—2019.
Ketika ditanyai wartawan soal BUMN yang berstatus ‘sakit’ pekan lalu, Erick dengan optimistis mengatakan bahwa mayoritas perusahaan pelat merah dalam kondisi sehat. Hal ini tecermin dari laba yang telah dibukukan oleh sebagian besar BUMN per September 2022. Dengan kinerja yang membaik, dia mengestimasi laba kumulatif BUMN pada 2022 bakal berada di atas Rp200 triliun.
“Bukan [BUMN] sakit. Bukan bermasalah. Kalau usaha itu ada untung ada rugi. Alhamdulillah dari 41 BUMN sekarang mayoritas sudah sehat, hanya sembilan yang masih merugi. Bukan jelek, tetapi merugi. Total kumulatif per September 2022 laba bersih Rp155 triliun. Insyaallah kalau 2021 kita bisa membukukan Rp124 triliun, maka 2022 kita bisa mencapai mudah-mudahan di atas Rp200 triliun,” kata Erick.
Sumber Bisnis, edit koranbumn