PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) tetap berkomitmen melanjutkan pengembangan proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) hilirisasi batu bara meskipun salah satu investornya, Air Products & Chemical Inc (APCI) mundur.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan sudah menyiapkan Kawasan Ekonomi Khusus hilirisasi.
“Sampai saat ini pembebasan lahan sudah kami lajukan 595 hektare sudah 97 persen sudah siap, perizinan sudah didapat, jadi kawasan itu nanti benar-benar kami gunakan untuk hilirisasi batu bara, tidak hanya ke DME, tapi bisa ke turunan lainnya, gasifikasi, kemudian ke metanol, etanol, DME, atau turunan lainnya,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (9/3/2023).
Sebagai informasi, dalam proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetileter (DME), Air Products & Chemical Inc (APCI) berinvestasi sebesar US$2,1 miliar atau setara dengan Rp30 triliun. Namun, APCI kemudian menyerahkan surat pengunduran diri kepada Kementerian ESDM dari proyek bersama PTBA.
Arsal mengetakan, sementara KEK hilirisasinya sudah siap, PTBA akan mencari mitra strategis untuk hilirisasi batu bara ini.
“Kami tetap berkoordinasi dengan pemerintah. Proyek coal to DME memang Air Product mundur, tapi belum klarifikasi jadi sementara kami tetap lanjut,” ujar Arsal.
Proyek hilirisasi batu bara PTBA itu sebelumnya ditarget untuk commercial operation date (COD) pada kuartal IV/2027. Target COD itu kemudian molor dari rencana awal yang sempat ditetapkan pada 2024.
APCI menggenggam saham mayoritas mencapai 60 persen dari proyek gasifikasi itu yang diikuti dengan PTBA dan Pertamina masing-masing 20 persen. Sementara itu, masa kontrak APCI ditenggat selama 20 tahun dengan skema opsi build operate transfer pada akhir kerja sama.
Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG sebesar 1 juta ton per tahun.
Arsal menegaskan, PTBA akan tetap lanjut meskipun APCI mundur karena proyek hilirisasi batu bara tak hanya berhenti di pengolahan menjadi DME, tapi juga bisa diolah menjadi metanol, etanol, dan lainnya.
“Karena program pemerintah yang hilirisasi ini kan tetap harus kita dukung, jadi kita tetap cari partner baru, dikaji secara detail bagaimana bisa bermanfaat buat kita semua, buat perusahaan dan negara,” katanya.
Dia mengatakan bahwa awalnya sudah ada mitra lain yang mau bekerja sama tapi baru APCI yang berkomitmen investasi dan membawa teknologi.
“Ke depan kami akan mengkaji lagi lebih awal, kemungkinan besar kami juga akan masuk berproses dari awal supaya benar-benar menyatu dan risikonya kami ketahui sama-sama,” jelasnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn