Pemerintah menetapkan 11 Maret sebagai Hari Kopi Nasional. Tanggal ini dipilih bertepatan dengan pengukuhan pengurus Dewan Kopi Indonesia (Dekopi) periode 2018-2022 oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia Amran Sulaiman.
Dekopi mengusulkan 11 Maret menjadi Hari Kopi Nasional sebagai penanda bangkitnya kopi Indonesia. Pasalnya, masalah perkopian nasional perlu mendapat perhatian semua pihak mengingat selama ini lambat dalam pengorganisasian tidak sama seperti organisasi komoditas lainnya seperti sawit. Padahal kopi ini juga merupakan komoditi unggulan pemerintah yang menghasilkan devisa cukup besar.
“Dalam rangka memperingati Hari Kopi Nasional sekaligus memperkuat kemitraan antara PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) dan masyarakat, kami menggelar pelatihan kopi bersama PMO Kopi Nusantara dan Yayasan Kelompok Kerja Salarea,” kata Sekretaris Perusahaan Jamkrindo Dody Novarianto saat membuka acara pelatihan di Taman Kuliner Cibatu, Garut, Selasa (7/3).
Menurut Dody, pelatihan kopi lanjutan ini merupakan bentuk komitmen Jamkrindo sebagai bagian dari BUMN untuk hadir lebih dekat lagi di tengah masyarakat. “Pelatihan kopi bagi petani kopi ini merupakan bagian dari program kemitraan dalam penguatan kapasitas ekonomi masyarakat perdesaan secara berkelanjutan,” jelas dia.
Dalam tiga tahun ini, Jamkrindo bersama Yayasan Kelompok Kerja Salarea (Salarea Foundation) menjalankan program pemberdayaan dan pendampingan kepada kelompok tani kopi di Cibatu dari hulu hingga hilir. Adapun kegiatan yang telah berjalan dari mulai pelatihan-pelatihan, bantuan bibit kopi, pembangunan demplot kopi, rintisan rumah semai, bantuan alat pengolah kopi, hingga penyaluran pinjaman modal untuk usaha kopi.
Selain di sektor pangan, Jamkrindo juga melakukan pemberdayaan dan fasilitasi dalam perbaikan kualitas lingkungan hidup. Selain melakukan penanaman pohon penghijauan, BUMN bidang finansial ini mendirikan tiga rumah sampah di tiga wilayah di Garut plus dengan pelatihan pengolahan sampah, pelatihan budidaya magoot dan bantuan mesin cacah plastik. Dari sisi UMKM, Jamkrindo antara lain memfasilitasi pinjaman permodalan, sertifikasi produk halal, dan lainnya.
Dody berharap, dengan pola kemitraan ini dapat meningkatkan minat masyarakat Cibatu, khususnya para petani untuk terus mengembangkan potensi kopi sebagai komoditas andalan dengan terus memperluas area tanam kopi. “Pada akhirnya, dapat mengungkit produktivitas dan kualitas kopi Cibatu, sehingga mampu bersaing di pasar kopi nasional bahkan mancanegara,” sebut dia.
Dalam pelatihan lanjutan ini menghadirkan instruktur dari Sunda Hejo (Klasik Beans), Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), Cikopi Mang Eko, dan Pawon Kopi Salarea. Sebanyak 50 peserta terdaftar mengikuti pelatihan yang kali ini mengambil konsentrasi teknik pengolahan kopi pasca panen dan teknik sortir, teknik penyimpanan kopi serta manajemen stok.
“Peserta pelatihan dari kelompok tani kopi binaan, perwakilan pemuda dan karangtaruna, pelajar dan mahasiswa, juga perwakilan dari desa. Kami berharap dengan pelatihan ini kemampuan para petani kopi dan lini usaha kopi rakyat kemampuannya meningkat dalam mengolah kopi sesuai permintaan dan tuntutan pasar,” beber Ketua Salarea Foundation Dadan M Ramdan.
Pada kesempatan ini, Dadan kembali mengapresiasi kemitraan yang telah terjalin antara Jamkrindo dengan masyarakat Cibatu, khususnya para petani kopi. “Di Cibatu ini setidaknya ada tiga kelompok tani kopi di tiga desa yang menjadi centra produksi kopi terbesar di wilayah Garut Utara,” ungkap pendiri Pawon Kopi Salarea ini.
Dadan menambahkan, selain Hari Kopi Nasional, juga ada Hari Kopi Internasional yang jatuh setiap tanggal 1 Oktober, dan dirayakan oleh sekitar 77 negara di dunia, termasuk Indonesia. Peringatan ini diresmikan Organisasi Kopi Internasional (ICO) sejak 2014 lalu.
Dibandingkan kopi dari negara lain di dunia, popularitas kopi Indonesia termasuk yang paling diminati dan dicari. Nah, salah satu alasannya adalah kopi asal Indonesia memiliki karakteristik dan cita rasa yang khas, juga terbaik di dunia.
“Memang, negara-negara seperti Brazil dan Vietnam, boleh saja punya produksi kopi lebih besar ketimbang Indonesia. Tapi, soal rasa, kopi nusantara masih sulit untuk ditandingi,” ujar Dadan.
Yang terang, iklim tropis Indonesia, serta banyaknya pilihan pegunungan dengan ketersediaan air yang tinggi memang menjadi kelebihan tersendiri bagi Indonesia untuk menanam kopi. Atas dasar itu, masyarkat Cibatu yang sudah lama menanam kopi semestinya semakin bangga dengan kopi Cibatu.
Sumber Jamkrindo, edit koranbumn