Rugi PT Indofarma Tbk (INAF) membengkak belasan kali lipat seiring dengan turunnya penjualan bersih perseroan selama 2022.
Dalam laporan keuangan 2022, Indofarma mencatat penurunan penjualan sebesar 60 persen menjadi Rp1,14 triliun dari sebelumnya Rp2,90 triliun. Sementara beban pokok penjualan ikut turun dari Rp2,45 triliun menjadi Rp1,25 triliun pada tahun lalu.
Dengan demikian, anggota Holding BUMN Farmasi itu mencetak rugi bruto Rp110,11 miliar pada 2022, setelah pada 2021 mereka mencatatkan laba bruto Rp451,65 miliar.
Setelah ditambah dengan beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta kerugian lain-lain maka rugi usaha INAF pada 2022 tercatat Rp479,54 miliar, setelah pada tahun sebelumnya mencetak laba usaha Rp51,98 miliar.
Rugi tahun berjalan 2022 naik menjadi Rp428,49 miliar dari periode sebelumnya Rp37,47 miliar.
Adapun nilai rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah Rp428,46 miliar, naik dari kerugian periode 2021 yang mencapai Rp23,81 miliar.
Sementara itu, jumlah liabilitas perseroan turun tipis dari Rp1,50 triliun menjadi Rp1,45 triliun pada 2022. Posisi liabilitas per 31 Desember 2022 ini didominasi kewajiban jangka panjang sebesar Rp985,24 triliun.
Jumlah ekuitas per akhir tahun lalu ikut turun menjadi Rp86,35 miliar dari sebelumnya Rp508,31 miliar. Alhasil total aset perseroan ikut tergerus 23,7 persen menjadi Rp1,53 triliun per akhir 2022.
Sebelumnya, BUMN farmasi lain yakni PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) juga melaporkan rugi sebesar Rp170,04 miliar sepanjang 2022, berbalik dari laba sebesar Rp302,27 miliar yang diperoleh pada 2021.
Kinerja negatif bottom line Kimia Farma dipicu oleh penurunan signifikan pada penjualan bersih anak usaha PT Bio Farma (Persero) tersebut. Pada 2022, KAEF hanya mengantongi penjualan sebesar Rp9,60 triliun, turun 25,28 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp12,85 triliun.
Kinerja negatif INAF dan KAEF ini berbeda dengan capaian sejumlah emiten farmasi lain. PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) misalnya mampu mencetak laba bersih Rp3,38 triliun sepanjang 2022, naik 6,23 persen year-on-year (YoY).
Demikian juga PT Phapros Tbk. (PEHA) yag menikmati laba Rp27,4 miliar, naik dari posisi 2021 sebesar Rp11,3 miliar. Atau PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) yang walau mencatat penurunan namun masih mencetak laba Rp1,1 triliun pada 2022.
Sumber Bisnis, edit koranbumn